Kenalkan Budaya Indonesia, SMA Maryam Surabaya Membatik Ecoprint
yupan
Kamis, 23 Mei 2024 09:25 WIB
Surabaya, eNews - Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau yang dikenal dengan nama P5 merupakan upaya untuk mendorong tercapainya profil pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek.
P5 juga merupakan salah satu kegiatan intra sekolah yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain yang ada di sekolah. Mengutip dari laman web Kemdikbud maka dengan dijalankannya P5, pendidik diharapkan dapat menemani proses pembelajaran peserta didik untuk dapat menumbuhkan kapasitas dan membangun karakter luhur sebagaimana yang dijabarkan dalam profil pelajar Pancasila.
Dalam keterangan lebih lanjut Kemdikbud menjelaskan bahwa P5 juga merupakan salah satu sarana pencapaian profil pelajar Pancasila, dan diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter. Selain itu juga memberikan kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.
SMA Maryam Surabaya sebagai salah satu sekolah di Surabaya yang sudah menerapkan kurikulum merdeka dalam pembelajarannya menjalankan P5 sebagai salah satu kegiatan pembelajaran.
Terhitung sudah dua tahun masa pembelajaran ini SMA Maryam Surabaya menjalankan P5 dengan berbagai macam proyek dari tema yang ada.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah kegiatan P5 di SMA Maryam tahun ini adalah adanya proyek pengolahan Tanaman Obat Keluarga dan pembuatan batik ecoprint, seperti yang terlihat dalam Unjuk Keterampilan dan Karya yang diselenggarakan di Hall Serbaguna SMA Maryam Surabaya, hari Rabu (22/5).
Dua proyek yang diambil pada tahun ini merupakan salah satu upaya untuk memberikan kesadaran kepada siswa kelas XI agar lebih mencintai lingkungan.
Selain itu siswa kelas XI diajarkan untuk bisa memanfaatkan hasil alam agar bisa dipergunakan manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari.
Salah satu produk yang dihasilkan pada kegiatan P5 tahun 2023 ini adalah produk olahan herbal yang berbahan dasar jahe dan kunyit. Siswa kelas XI berhasil mengolah jahe dan kunyit menjadi minuman instan berbentuk serbuk.
“Kami mengolah jahe dan kunyit dengan cara diblender kemudian dicampur dengan bahan tambahan lain seperti pandan, air, dan gula pasir. Kemudian kami ambil sarinya dan dimasak sekitar 2 jam, sampai berubah bentuk menjadi serbuk.” terang Rieza Fahlefi siswa berprestasi dari kelas XI yang kali ini berperan sebagai koordinator kelompok.
Meskipun banyak mengalami kesulitan dalam proses pembuatannya, siswa kelas XI merasa bahagia karena bisa menghasilkan produk olahan buatan mereka sendiri.
“Awalnya memang susah, karena kami belum terbiasa memasak apalagi memasak Toga. Tapi kami senang karena setelah step by stepnya kami jalankan, ternyata hasil akhirnya bisa jadi produk minuman serbuk yang rasanya nikmat.” ujar Rieza yang juga ketua PMR SMA Maryam.
Selain berhasil membuat produk olahan tanaman obat keluarga, siswa kelas XI juga berhasil membuat batik ecoprint dengan motif yang indah. Siswa-siswi menggunakan limbah daun yang berserakan di sekitar sekolah dan rumah untuk dijadikan bahan dasar warna dan motif.
Limbah daun yang biasanya hanya menumpuk dan menjadi sampah kering berhasil diolah dan menjadi bahan yang mempunyai nilai guna lebih bagi kehidupan.
Selama proses pembuatan batik ecoprint siswa kelas XI dibimbing oleh Aisyah SAg selaku pemateri dan Dra Ida Faridah serta Ustadz Samsuri MPdI sebagai guru pembimbing.
“Batik ecoprint ini dipilih karena kami punya tujuan untuk mengenalkan anak-anak ke budaya kita, yaitu batik. Anak-anak kami ajarkan mengenal varisai batik sekaligus cara pembuatannya" tutur Ida yang sehari-hari mengajar Geografi.
Selain itu, pengenalan nilai luhur budaya melalui batik juga dimaksudkan agar siswa punya rasa cinta dan bangga akan kearifan lokal.
"Melalui pembuatan batik ecoprint ini anak-anak dibentuk agar bisa mengasah potensi dalam proses pembuatan batik. Selain itu sesuai dengan dimensi dari P5 yang salah satunya adalah Kearifan Lokal, batik ecoprint kami nilai jadi salah satu kearifan lokal yang bisa dibanggakan," tutup Ida. (mif/yud)
Baca Lainnya
Kelompok KKNMAS 23 di Desa Menuran Menjadi Petugas Upacara Kemerdekaan Indonesia
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Terus Ajak Anak Muda Lestarikan Adat dan Budaya Minang, Gubernur Sumbar Apresiasi Para Tuo Silek
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 2 Bulan
Bupati Tanah Datar Bangga Tradisi Dulu Diangkat Kembali
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 3 Bulan
Perkenalkan Karya Seni Tari Tradisi melalui FKTD 2024
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 3 Bulan
Tutup MPLS, SD Khadijah Hadirkan Kesenian Reog Ponorogo
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 3 Bulan
Angklung Indonesia Tampil Memukau di Festival Internasional Murcia 2024
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 3 Bulan
Heboh! MPLS SD Muhammadiyah 24 Surabaya Ajarkan Tari Remo Kenalkan Budaya Bangsa
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 3 Bulan
Ini Harapan Kepala Disparpora Bengkulu di Forum Penguatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 3 Bulan
Malam Satu Suro, 70 Pusaka Dijamas Termasuk Tombak Abirawa
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 3 Bulan
JCC dan Festival Peneleh 2024, Komitmen Perkuat Sinergi Pengembangan Kampung Wisata Sejarah
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 3 Bulan