Menyambut Idulfitri dengan Hati Bersih

Fathan Faris Saputro
Kamis, 27 Maret 2025 01:28 WIB
Dokumen Pribadi


Oleh: Fathan Faris Saputro (Penulis Buku Pelukan Ramadan)

Sebentar lagi, umat Islam akan menyambut Hari Raya Idulfitri. Hari kemenangan ini dirayakan setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadan.

Hari yang penuh kebahagiaan ini sepatutnya diisi dengan saling memaafkan dan menghilangkan dendam.

Namun, kenyataannya tidak semua orang mudah melupakan kesalahan orang lain. Memaafkan mereka yang pernah mendholimi kita bukanlah perkara sederhana. Apalagi jika menyangkut perasaan dikhianati atau diperlakukan tidak adil.

Ada pula situasi di mana seseorang meminjam uang dengan berbagai permohonan. Namun, ketika tiba saatnya untuk mengembalikan, justru ia marah-marah. Sikapnya bahkan lebih garang daripada orang yang menagih hutang.

Setiap tindakan yang kita lakukan memiliki konsekuensi masing-masing. Ketika kita berbuat baik, kita harus siap menerima imbalan atau tidak sama sekali.

Sebaliknya, jika berbuat buruk, kita harus siap menerima hujatan.
Hidup berjalan berdasarkan hukum sebab akibat. Tidak semua kebaikan dibalas dengan kebaikan yang sama. Begitu juga dengan keburukan yang tidak selalu langsung mendapatkan hukuman.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering terjebak dalam pola pikir irasional. Ketika hendak berbuat baik, kita berpikir berulang kali hingga akhirnya tidak jadi melakukannya. Kita takut usaha tidak dihargai atau dimanfaatkan.

Teori Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) menjelaskan bahwa banyak ketakutan kita berasal dari pikiran irasional. REBT membantu mengubah pola pikir dari irasional menjadi lebih rasional. Dengan pemahaman ini, kita bisa lebih mudah melakukan kebaikan tanpa terlalu banyak berpikir negatif.

Ketika kita pernah didholimi atau dikucilkan, kita sering menganggap kesalahan sepenuhnya ada pada orang lain. Namun, kita jarang bercermin dan bertanya pada diri sendiri.

Mungkin ada sesuatu dalam diri kita yang perlu diperbaiki.
Sikap muhasabah atau introspeksi diri sangat penting dalam memahami dinamika sosial. Kita sering merasa menjadi korban tanpa menyadari kontribusi diri dalam masalah tersebut. Padahal, hubungan sosial selalu melibatkan dua pihak.

Di hari yang fitri nanti, mari kita menyambutnya dengan pikiran sehat dan hati bersih. Idulfitri bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum memperbaiki hubungan yang renggang. Ini saat yang tepat untuk mempererat silaturahmi dan menghilangkan prasangka buruk.

Makna sejati Idulfitri adalah kembali kepada kesucian. Kesucian ini berlaku dalam ibadah kepada Allah dan hubungan dengan sesama manusia. Dengan hati lapang dan penuh keikhlasan, semoga kita semua menjadi insan yang lebih baik di masa depan.

 

Baca Lainnya
Sisa Ketupat di Meja
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 22 Jam
Lebaran : Puncak Pendidikan Rohani Individu
Salim Bahrisy
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 5 Hari
Pesan Sutikno Menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 H
Sutikno
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 6 Hari
Semangat Iman Menuju Idulfitri
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 7 Hari
Mengapa Kita Harus Berubah? Simak Ulasan Buku Ini dari @dnrrah
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 10 Hari
Menggali Makna Ramadan: Review Buku Pelukan Ramadan
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 11 Hari
Pendidikan Harusnya Taman bagi Siswa
Rizky Putra Ramadhan
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 12 Hari
Ramadan Hampir Usai, Hati Merintih
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 12 Hari
Bakpao Manis Teruntuk Sosok Wanita Ku Tersayang
Nashrul Mu'minin
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 20 Hari