Surabaya, eNews - MI Muhammadiyah 25 Surabaya kembali menghadirkan suasana penuh keteduhan melalui kegiatan Sabtu Religi yang digelar di Ruang Kelas 1A. Seluruh ustadz dan ustadzah hadir dengan penuh semangat, menyambut hangat kesempatan untuk memperbarui semangat rohani di tengah kesibukan mengabdi sebagai pendidik, Sabtu (6/12).

Dalam kegiatan ini, hadir Ustadz Aksar Wiyono, S.Th.I, M.Pd.I, yang menyampaikan tausiyah bertema “Menjadikan Hidup Lebih Bermakna.”

Dengan bahasa yang lembut namun menyentuh, beliau menggugah para guru untuk kembali menengok ke dalam diri, menguatkan niat, dan memahami bahwa setiap langkah yang mereka ambil memiliki nilai ibadah yang besar.

Ia mengingatkan bahwa makna hidup sering kali tidak ditemukan pada hal-hal besar, melainkan pada ketulusan dalam menjalankan rutinitas sederhana—menyapa siswa dengan senyum, membimbing dengan sabar, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan tanpa mengharapkan imbalan.

“Guru bukan hanya pengajar, tetapi penanam harapan,” ujarnya, yang membuat suasana ruangan seketika hening dan penuh perenungan.

Ustadz Aksar juga mengajak para pendidik untuk menata kembali hati dan menyadari bahwa kebermaknaan hidup tumbuh saat seseorang menjadi manfaat bagi sesama. Ia menekankan bahwa seorang guru adalah pelita yang cahayanya terus menerangi, meski tidak selalu terlihat terang dari luar.

Kegiatan berlangsung penuh kehangatan dan kedekatan spiritual. Beberapa ustadz dan ustadzah terlihat mengusap mata, tersentuh oleh pesan-pesan yang mengingatkan kembali tujuan mulia profesi mereka. Sabtu pagi itu menjadi momen refleksi yang jarang didapat, sebuah jeda untuk memperkuat tekad dan memperhalus niat.

Di akhir sesi, suasana berubah menjadi penuh semangat baru. Para guru saling berbagi senyum dan harapan, seakan mendapat energi segar untuk kembali mengabdi dengan hati yang lebih ikhlas.

Dengan terselenggaranya Sabtu Religi ini, MI Muhammadiyah 25 Surabaya berharap semangat spiritual para pendidik terus terjaga, sehingga nilai-nilai kebaikan, keikhlasan, dan ketakwaan dapat terpancar kuat dalam setiap langkah pendidikan yang mereka berikan. Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi perjalanan batin yang menguatkan bahwa mengajar adalah jalan panjang menuju keberkahan. (Islaha)