Kak Seto Dukung Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Mendikdasmen

yupan
Selasa, 14 Januari 2025 18:48 WIB
Foto: Istimewa

Jakarta, eNews - Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof Dr Abdul Mu’ti pada Desember lalu mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak, salah satunya adalah tokoh pendidikan anak, Prof Dr Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto.

Gerakan tersebut dirancang untuk mendukung program wajib belajar 13 tahun yang bertujuan membangun generasi muda yang religius, spiritual, serta tangguh dalam menghadapi tantangan masa depan, terutama dalam menangani persoalan dekadensi moral.

Tujuh kebiasaan tersebut meliputi, bangun pagi, beribadah, berolahraga, gemar belajar, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, bermasyarakat, istirahat cukup dengan tidur cepat

Kak Seto menilai, tujuh kebiasaan tersebut sangat relevan dan penting untuk diterapkan secara nasional. Ia bahkan telah mengintegrasikan prinsip-prinsip serupa di sekolah-sekolah rumahan yang diasuhnya.

Menurut Kak Seto, kebiasaan ini menjadi dasar pembentukan karakter anak yang tangguh dan berakhlak mulia.

“Gerakan ini sudah sesuai dengan kebutuhan anak-anak kita. Keseimbangan fisik, emosi, dan spiritual harus menjadi perhatian utama. Saya menyebutnya dengan Program Gembira: G-Gerak (olahraga), E-Emosi cerdas, M-Makan bergizi, B-Beribadah, I-Istirahat cukup, R-Rukun, dan A-Aktif belajar,” jelas Kak Seto.

Lebih lanjut, Kak Seto menyoroti pentingnya keseimbangan dalam sistem pendidikan. Ia menegaskan bahwa pendidikan tidak boleh hanya berfokus pada aspek kognitif, seperti sains dan teknologi (iptek), tetapi juga harus menanamkan nilai etika, estetika, dan kreativitas.

“Anak yang hanya cerdas secara kognitif tetapi tidak memiliki kecerdasan emosional dan spiritual akan rentan menghadapi tekanan. Akhlak mulia, kebhinekaan, dan kemampuan berpikir kritis harus menjadi prioritas,” tambahnya.

Kak Seto juga menyoroti kekerasan terhadap anak yang kerap terjadi di sekolah dengan dalih pendidikan. Ia menyarankan pendekatan ramah anak, di mana anak-anak diberi kesempatan menyampaikan pendapat dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

“Setiap anak itu unik dan tidak bisa dibandingkan satu sama lain. Pendekatan otoriter justru akan membuat anak merasa tertekan dan lari ke hal-hal negatif, seperti gadget,” ujar Kak Seto.

Agar gerakan ini berhasil diterapkan secara nasional, Kak Seto mengusulkan pendekatan yang ramah anak dan melibatkan semua elemen masyarakat. Ia juga berbagi pengalaman menginisiasi kegiatan seperti Saya Sahabat Anak (Sasana), yang melibatkan Presiden dan beberapa menteri dalam kegiatan permainan tradisional di Istana Merdeka pada 2018.

“Dengan pendekatan ramah anak, anak-anak tidak hanya belajar kebiasaan baik, tetapi juga merasa dihargai dan didukung. Gerakan ini harus dimulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat,” kata Kak Seto.

"Dengan dukungan dari berbagai pihak, gerakan ini diharapkan mampu mencetak generasi Indonesia yang hebat, sehat, dan berdaya saing di masa depan," tandas kak Seto.

Baca Lainnya
Ramanda Yusman, Pejuang Hizbul Wathan Sampai Akhir Hayat
Salman Al Farisi
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 2 Hari