Literasi dalam Perspektif Al-Qur'an pada Pendekatan Deep Learning

NS
Selasa, 17 Juni 2025 13:00 WIB
Istimewa

 

Oleh: Najib Sulhan

Literasi merupakan kemampuan dalam keterampilan membaca, menulis, memahami serta mengolah informasi. Literasi menjadi salah satu dari tiga kerangka utama yang perlu mendapatkan perhatian dalam keterampilan abad 21, selain karakter dan kompetensi.

Ketika Nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul, maka perintah pertama adalah membaca (iqro') dan proses menulis ('allama bilqolam). Hal ini sesuai dengan wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah Muhammad saw.

"Bacalah atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Sangat Pemurah. Yang telah mengajarkan tulis menulis. Yang telah mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahui."

Dari ayat di atas, maka bagi seorang pemimpin, literasi menjadi keharusan. Diawali dari proses menerima informasi dengan membaca dan mendengarkan apa yang ada, maka dibuatlah perencanaan terhadap informasi yang sudah difahami. Kedua hal ini, membaca dan menulis harus dijadikan pembiasaan.

Di sekolah-sekolah maju seperti halnya di Australia, literasi ini menjadi keterampilan dasar yang dikawal dengan sungguh-sungguh. Saya melihat di Hunting Tower Primary School, setiap pagi ada program literasi. Setiap siswa wajib membaca dengan sistem sebagai berikut.

Khusus kelas 1 harus mengambil buku yang sesuai dengan kemampuan bacanya. Sementara ada beberapa siswa kelas 6 yang mendampingi kelas 1 saat membaca. Setiap 3 sampai 5 siswa didampingi 1 siswa kelas 6. Adapun siswa yang berkebutuhan khusus didampingi langsung oleh gurunya.

Setelah menuntaskan bacaan, siswa diminta untuk memahami dari apa yang dibaca. Bahkan di kelas 1, tersedia ratusan judul buku. Mulai yang bacaan paling dasar hingga lanjutan. Siswa sudah bisa memilih buku sesuai dengan levelnya.

Proses literasi itu menerapkan  konsep yang telah dijelaskan di dalam Al-quran surat An-Nahl ayat 78. "Dan Allah telah mengeluarkan kalian dari perut bunda tidak tahu apa-apa. Lalu dijadikan pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kalian bersyukur."

Meskipun anak yang terlahir ke dunia belum tahu apa-apa, tetapi milyaran sel otak sudah diberikan. Ada yang sudah aktif dan ada yang belum aktif. Agar otak berkembang pesat maka Allah memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati. Ini menjadi pintu masuknya ilmu.

Proses literasi untuk bisa mendapatkan informasi dilakukan dari pendengaran dan penglihatan, kemudian diproses di dalam hati agar bisa berbuah aksi atau tindakan.

Sebagai manusia yang sehat jasmani, tentu bisa mendengar dan melihat informasi melalui indera telinga dan mata. Namun  tidak semua hati bisa memberikan respon positif atas apa yang didengar dan dilihat. Hati menjadi kunci untuk berliterasi dengan baik dan bisa menghasilkan sebuah perubahan.

Ketika hati sudah menolak, jangan berharap ada proses yang berbuah aksi. Aksi dari proses literasi adalah bahasa verbal dan bahasa non verbal. Bahasa verbal bisa berwujud keterampilan menulis dan berbicara atau public speaking. Sedangkan bahasa non verbal adalah perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih baik dari apa yang sudah didengar dan dilihat.

Karena hati dan fikiran menjadi kunci, maka hati harus dilatih untuk selalu positif. Berawal dari berfikir positif, maka bisa menjadi produktif. Sedangkan berfikir negatif, hanya menjadi blok mental yang tidak menguntungkan. Selama fikiran negatif masih terus dimilki, yang didengar dan yang dilihat hanyalah sampai telinga dan mata. Tidak akan ada proses literasi lebih jauh.

Dalam konsep pendekatan deep learning yang telah digagas oleh mendikdasmen, Prof. Dr. Abdul Mukti, maka  saat ini, bukan hanya transfer of knowladge (memberi pengetahuan berupa pemahaman terhadap pengetahuan). Saat ini sudah bergeser ke transformasi of knowladge (kemampuan untuk mentransformasi atau menjadikan  perubahan terhadap pengetahuan yang didapatkan). Saat ini pengetahuan terus bertumbuh, memberikan manfaat sesuai zamannya.

Sudah saatnya guru maupun siswa mentransformasi pengetahuan melalui proses mengonstruksi pengetahuan yang dilihat, didengar, dengan pengetahuan yang telah ada di fikiran untuk menjadi pengetahuan baru. Inilah buah aksi yang berupa karya baru untuk menambah hazanah ilmu.

Ingat, sesungguhnya buah dari literasi itu amat tergantung dari hati. Jika hatinya baik, maka buahnya baik. Jika hatinya buruk, buahnya buruk. Hal ini ini sesuai dengan surat Al-Qalam ayat 1. "Nun. Demi pena dan apa saja yang ditulisnya." Jadi hasil tulisan tergantung dari hati pemegang pena.

Baca Lainnya
Mendes: Kopdes Jadi Andalan Ekonomi Gorontalo
M Arif'an
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 3 Hari