Tim PTTI UNAIR Bimbing Warga dan Petani Desa Bodag: Limbah Kakao Jadi Peluang Bisnis

Adistiar Prayoga
Senin, 3 November 2025 06:41 WIB
Juni Ekowati, Guru Besar Ilmu Kefarmasian UNAIR menyampaikan materi tentang manfaat ekonomi limbah kakao. (Istimewa)

Madiun, eNews – Kakao tumbuh subur di lereng Gunung Wilis. Khusus di Desa Bodag, Madiun. Terdapat sekitar 40 ha tanah kebun milik beberapa warga, secara turun temurun ditanami kakao. Pada sisi lain, kakao Bodag merupakan produk bermutu tinggi. Hasil uji Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2020) menobatkannya sebagai tipe A – kualitas premium. Namun, di balik kualitas itu, petani hanya menikmati pendapatan bersih 50–60% dari bruto, sering di bawah upah minimum regional (UMR) Madiun Rp2,2 juta/bulan. Sebab, hasil usahatani kakao belum dikelola secara maksimal. 

Melihat kondisi tersebut,Tim Program Transformasi Teknologi dan Inovasi (PTTI) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar inisiatif kemitraan dengan pemerintah Desa Bodag, pengrajin kakao Bodag, dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bodag untuk mengembangkan potensi kakao Bodag. Program kemitraan ini diketuai oleh Prof. Dr. Juni Ekowati, M. Si., Apt, guru besar Ilmu Kefarmasian, Fakultas Farmasi UNAIR. Adapun tema utama yang diusung, "Inovasi Produk Kakao Sehat dan Halal sebagai Penggerak Ekonomi Desa melalui Rumah Cokelat Bodag, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur". 

"Kegiatan kemitraan ini merupakan realisasi dari usulan program PTTI UNAIR yang dinyatakan lolos oleh Keputusan Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Nomor 0856/C3/DT.05.00/2025 tanggal 29 September 2025. Kami akan melakukan transformasi tekonolog dan inovasi secara bertahap kepada masyarakat di Desa Bodag " ujar Juni Ekowati. 

Tim PTTI UNAIR berupaya untuk melakukan transformasi teknologi dan inovasi atas paten, yang penerapannya dilakukan terkait bagaimana mendapatkan senyawa aktif dari bahan alam, misalnya limbah kulit buah kakao yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku obat antikanker. Limbah kakao yang biasanya dibuang, pada kegiatan ini diolah menjadi produk kosmetik dan pangan olahan yang halal dan sehat.

Upaya Peningkatan Nilai Ekonomi Limbah Kakao

Kegiatan PTTI Universitas Airlangga diawali oleh penyuluhan dan pendampingan pengolahan limbah kakao. Acara tersebut digelar pada Sabtu (01/10/2025) di Pendopo Rumah Cokelat Bodag dan dihadiri sekitar 40 orang perwakilan perangkat desa, pengrajin cokelat Bodag, dan Gapoktan Bodag. 

Dangkung SP, kepala Desa Bodag menyampaikan apresiasi dan sambutan positif atas hal tersebut. "Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada tim UNAIR yang sudah berkenan pergi jauh ke lereng Gunung Wilis untuk menyampaikan ilmunya. Di sini hadir para petani kakao. Ada juga petani milenial yang siap menerima materi" tutur Dangkung. 

Selain itu, Dangkung berharap agar kegiatan ini dapat memberikan semangat bagi para petani untuk menanam dan mengolah kakao. Mereka akan memiliki wawasan tentang manfaat lain dari tanaman kakao. "Semoga menjadi semangat bagi petani yang hadir, Oh ternyata coklate gak nggur dinggo panganan karo nggombe thok, manfaate akeh (ternyata limbah cokelat manfaatnya banyak, tidak sekedar untuk makanan dan minuman saja)Limbah kakao contohnya, bisa diolah jadi kosmetik. Supaya yang datang ke sini, keluarganya, dan saudara-saudaranya glowing semua" ucap Dangkung disertai tepuk tangan riuh para peserta yang hadir. 

Pada kegiatan ini, disampaikan materi dan demonstrasi pengolahan limbah kakao. Sesi materi disampaikan oleh Pof. Dr. apt. Juni Ekowati, M.Si dengan judul "Peluang Ekonomi Pengolahan Limbah Coklat dan Aspek Mutu serta Keamanannya". Kemudian dilanjutkan oleh Prof. apt. Rr. Retno Widyowati, PhD tentang "Cara Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Simplisia yang Terstandard". Materi terakhir disampaikan oleh Prof. Dr. Tristiana Erawati M., Apt., M.Si tentang "Pengenalan Produk Kosmetik yang Aman dan Halal". 

Usai materi, dilakukan sesi demonstrasi oleh tim Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang dibimbing oleh Andang Miatmoko, Apt., M.Pharm., PhD terkait pembuatan produk lipbalm dan Ersanda Nurma Praditapuspa Apt. M. Farm terkait pembuatan lilin aromaterapi. Nampak peserta menyimak dengan antusias. Hal ini sebagaimana disampaikan Sugito, pengelola Rumah Cokelat Bodag sekaligus salah satu petani kakao. 

"Alhamdulillah, dari UNAIR sudah berkenan menularkan ilmu dari perguruan tinggi. Semoga dapat memberikan manfaat. Jujur, harga kakao ini fluktuatif, dengan adanya rumah cokelat para petani sedikit semangat. Apalagi ditambah kegiatan ini, semankin mantap untuk merawat kakao dengan baik dan benar. Tidak ditebangi untuk diganti dengan tanaman yang pasarannya menurut petani lebih cepat" ujar Sugito. 

Sugito juga memotivasi rekan-rekannya. "Ayo tani kakao kita ditelateni. Jangan mudah terpancing dengan tanaman lain sehingga akhirnya kurang fokus. Ini ada banyak manfaatnya. Semoga harganya terus membaik" ungkapnya. 

Kegiatan ini ditutup tanya jawab dan pembagian doorprize hasil produk olahan kakao. Untuk mengukur efektifitas kegiatan, dilakukan uji beda atas wawasan sebelum dan setelah pelatihan. Pada kegiatan selanjutnya, tim PTTI UNAIR akan memberikan wawasan terkait jaminan halal, standarisasi produk, penghitungan biaya produksi, akses pembiayaan, akses pasar, serta melakukan evaluasi atas produk yang telah dibuat oleh warga. 

limbah kakao agroekologi Berita Jawa Timur Berita Sosial
Baca Lainnya