Lantangkan Suara Dakwah, Menjadi Pelopor Digital Aktivisme

Florence Melodia Rahma Devi
Minggu, 29 September 2024 08:38 WIB
Foto: Istimewa

Surabaya, eNews - Maharina Novi M Ikom, menerangkan bahwa branding Muhammadiyah dapat dikatakan lemah atau lambat di dalam materi PKMTM III dengan tema "Digital Aktivisme" yang di selenggarakan oleh PW IPM Jawa Timur di PDM Sidoarjo pada hari Sabtu (28/9/24).

Seperti yang dapat diketahui bahwa, branding Muhammadiyah masih kalah dibandingkan ormas Islam yang lainnya, salah satunya adalah Nadhatul Ulama (NU). Contoh yang sederhana dapat diambil adalah jumlah pengikut instagram, NU telah mencapai 1,3 juta pengikut sedangkan Muhammadiyah hanya 414 ribu pengikut.

Hal demikian dapat terjadi karena Muhammadiyah belum memiliki banyak aktivis yang aktif dalam menyuarakan dakwah di media sosial. Karena situasi saat ini sangat memperlihatkan masyarakat yang cenderung konsumtif terhadap konten - konten berdurasi singkat dan informatif dibandingkan dengan membaca buku.

"Konten kreator yang aktif dan mampu mengelola medianya secara baik, seperti pada saat netizen bertanya, mereka sangat responsif dengan jawaban.
Karena itulah netizen akan lebih memilih untuk mengkonsumsi jawaban dari konten kreator tersebut," terang Maharina.

"Muhammadiyah progresif masih secara pemikiran, masih tertinggal dalam kecepatan menyebar dakwah maka dari itu peran IPM sebagai ujung tombak harus mampu mendobrak tantangan ini dengan cara menjadi pelopor aktivis digital," imbuhnya.

Lebih lanjut Maharina menambahkan, Digital aktivisme sendiri jika dikembalikan keistilah utama adalah slacktivisme yaitu
aksi online yang dilakukan sebagai respon isu sosial, yang artinya campaign di sosial media bukan hanya untuk perlawanan tapi untuk menaikkan sebuah value edukasi
narasi positif dengan isu isu tertentu yang kaitannya dengan edukasi.

"Selain mengenal diri dan menjadi relevan, seorang aktivis digital harus mampu memahami alur informasi digital supaya apa yang disampaikan sesuai dengan minat masyarakat dan memiliki value," bebernya.

Alur informasi digital disebut juga AISAS

A : awareness, yang dapat dilakukan dengan cara mempertebal ilmu isu - isu baru dan menambah circle yang membahas isu isu tertentu.

I : Interest, dengan menambah ketertarikan diri terhadap isu isu maka mulailah mencoba merespon isu isu baru

S : Search, untuk mengecek apakah pikiran kita sudah sesuai atau tidak, apakah sesuai dengan goals yang kita inginkan

A : Action

S  : Share

Sebagai penutup, Maharina menyampaikan narasi sapu lidi, dimana satu batang sapu lidi digambarkan sebagai narasi yang harus membersihkan isu atau konflik sebagai kotoran maka akan lama dan bisa jadi patah, berbeda jika menggunakan banyak batang sapu lidi yang dijadikan satu.

"Jadilah orang yang bisa membaca tanda zaman yang bisa aktif mengikuti berbagai perubahan," tandas Maharina.

Baca Lainnya
PR IPM SMP Muhammadiyah 16 Surabaya Gelar Musyran 
Moh Hal Aftarif Kot Pradana
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 1 Bulan
Tetap Membara Meski LBSO PCA Genteng Tak Juara
Indira Yunia Evi
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 2 Bulan
Lazismu Surabaya Gelar Amil Camp 2024
Yusuf Dwipa Wijaya
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 2 Bulan