Belajar dari Ujian Hidup

Fathan Faris Saputro
Selasa, 4 Februari 2025 19:04 WIB
Ilustrasi

 

Oleh: Fathan Faris Saputro (Penulis Buku Pelukan Ramadan)

Mentari pagi menyapa lembut, namun bagi Arman, hari itu terasa lebih gelap dari biasanya. Hatinya berat, pikirannya dipenuhi kegelisahan. Bisnis yang ia rintis bertahun-tahun lamanya mengalami kemunduran drastis.

Hutang menumpuk, kepercayaan pelanggan mulai pudar, dan ia merasa semua usahanya sia-sia. Rasa frustasi menggumpal di dadanya, membuatnya ingin menyerah.

Namun, di tengah keputusasaan itu, ia teringat pada satu sosok—sang ibu. Seorang wanita yang sepanjang hidupnya selalu mengajarkan bahwa setiap ujian adalah bagian dari perjalanan menuju kebijaksanaan.

Arman pun memutuskan pulang ke kampung halaman, mencari ketenangan di rumah tempat ia tumbuh besar.

Sesampainya di rumah, ibunya menyambut dengan senyum hangat. Seolah mengerti kegundahan di wajah putranya, sang ibu hanya berkata, "Kemarilah, Nak. Mari kita bicara di teras sambil menikmati teh hangat."

Setelah beberapa saat dalam keheningan, sang ibu mulai berbicara. "Nak, hidup ini seperti air yang mengalir di sungai. Kadang deras, kadang tenang. Tapi air itu tetap bergerak, tak pernah berhenti. Begitu pula ujian hidup, mereka datang dan pergi. Yang terpenting bukan seberapa berat ujian itu, tetapi bagaimana kita belajar darinya."

Arman menghela napas panjang. "Tapi, Bu... aku merasa gagal. Aku sudah berusaha sekuat tenaga, tapi semuanya hancur. Apa yang bisa kupelajari dari kegagalan ini?"

Sang ibu tersenyum dan mengambil tiga bahan dari dapur: telur, wortel, dan bubuk kopi. Ia lalu merebus air dalam tiga panci terpisah dan memasukkan masing-masing bahan ke dalamnya.

"Lihatlah ini, Nak. Telur yang tadinya rapuh, setelah direbus menjadi keras. Wortel yang tadinya keras, setelah direbus menjadi lunak. Dan kopi... ia justru mengubah airnya menjadi minuman yang harum dan nikmat."

Arman mengerutkan dahi, belum mengerti maksud ibunya.

"Setiap orang menghadapi ujian seperti bahan-bahan ini," lanjut sang ibu. "Ada yang seperti telur, terlihat kuat di luar, tapi setelah diuji malah mengeras dan menjadi kaku. Ada yang seperti wortel, terlihat tegar, tetapi setelah diuji malah lemah dan kehilangan bentuknya. Tapi ada juga yang seperti kopi—bukannya dihancurkan oleh ujian, justru mengubah keadaan menjadi sesuatu yang lebih baik."

Arman terdiam, merenungi kata-kata ibunya. Ia menyadari bahwa selama ini ia hanya melihat ujian sebagai beban, bukan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar.

Jika ia memilih menjadi seperti kopi, maka ia harus menerima ujian ini dengan lapang dada dan mencari cara untuk bangkit kembali.

Dengan tekad baru, Arman kembali ke kota, bukan dengan rasa takut, tetapi dengan semangat untuk belajar dan memperbaiki kesalahannya.

Ia mulai mencari strategi baru untuk bisnisnya, beradaptasi dengan perubahan zaman, dan lebih memahami keinginan pelanggan. Sedikit demi sedikit, ia membangun kembali apa yang sempat runtuh.

Tak hanya itu, ia juga lebih dekat dengan Tuhan, menyadari bahwa setiap ujian adalah pengingat agar ia tidak hanya mengandalkan usaha, tetapi juga doa dan ketulusan hati.

Ujian hidup tak pernah mudah, tetapi bagi mereka yang mau belajar, setiap cobaan adalah batu loncatan menuju kedewasaan.

Seperti kopi yang mengubah air panas menjadi minuman yang harum, kita pun bisa mengubah kesulitan menjadi kekuatan, asalkan kita memilih untuk tidak menyerah.

Dan di pagi yang berbeda, saat mentari menyapa, Arman tersenyum. Hari itu terasa lebih cerah. Bukan karena masalahnya telah lenyap, tetapi karena ia telah belajar untuk melihatnya dengan cara yang berbeda.

Baca Lainnya
Semakin Ikhlas, Makin Berkah
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 6 Jam
Refleksi Isra Mikraj dalam Budaya Membaca
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 12 Hari
Kenapa Baru Sekarang? 
Rizky Putra Ramadhan
  • 1 Suka .
  • 1 Komentar .
  • 15 Hari
Membedah  Lirik Lagu Sang Surya Muhammadiyah
Aris Hidayah
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 17 Hari
Beberapa Jam Jelang Gencatan Senjata 
Rizky Putra Ramadhan
  • 1 Suka .
  • 1 Komentar .
  • 20 Hari
Hidayah Dalam Diri Manusia
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 20 Hari
Makna Rukun Iman dalam Islam 
Aris Hidayah
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 29 Hari