Ke-ASWAJA-an dan Ke-NU-an: Memahami Akar dan Perbedaan

Nashrul Mu'minin
Sabtu, 4 Januari 2025 12:02 WIB
Foto : Dokumentasi Istimewa

Nashrul Mu'minin Mahasiswa Cokro Yogyakarta 

Umbulharjo, eNews - Dalam masyarakat Islam di Indonesia, dua istilah yang sering muncul adalah "Aswaja" dan "NU" (Nahdlatul Ulama). Meskipun keduanya berkaitan erat, terdapat perbedaan penting dalam konteks dan pemahaman keduanya. Untuk memahami lebih dalam, mari kita telusuri apa yang dimaksud dengan Aswaja dan NU, serta perbedaan antara keduanya.

 

# Aswaja dan NU: Apa Bedanya?

**Aswaja** adalah singkatan dari Ahlussunnah wal Jamaah, yang merujuk pada kelompok yang mengikuti ajaran sunnah Nabi Muhammad dan berpegang pada konsensus (ijma) ulama. Istilah ini mencakup seluruh umat Islam yang mengikuti prinsip-prinsip sunnah dan memiliki pemahaman moderat.

 

**Nahdlatul Ulama (NU)**, di sisi lain, adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang didirikan pada tahun 1926. NU mengusung prinsip-prinsip Aswaja dalam praktik keagamaan dan sosial, tetapi NU memiliki ciri khas dalam tradisi, budaya, dan pendekatan yang lebih regional, khususnya dalam konteks Indonesia.

 

Secara singkat, NU adalah salah satu organisasi yang mengusung prinsip Aswaja, tetapi tidak semua yang mengidentifikasi sebagai Aswaja adalah bagian dari NU.

 

# Sejarah dan Pendekatan

Aswaja berakar dari pemikiran dan ajaran Nabi Muhammad serta para sahabatnya. Dalam konteks ini, Aswaja berisi tiga macam sunnah Nabi, yaitu:

 

1. **Sunnah Qawliyah**: Perkataan Nabi Muhammad.

2. **Sunnah Filiyah**: Perbuatan Nabi Muhammad.

3. **Sunnah Taqririyah**: Persetujuan Nabi Muhammad terhadap tindakan sahabatnya.

 

#Ahl dan Jamaah

**Ahl** berarti "pengikut" atau "keluarga". Dalam konteks Aswaja, istilah ini merujuk kepada pengikut sunnah Nabi. Sementara itu, **Jamaah** berarti "kumpulan" atau "komunitas". Dalam hal ini, jamaah merujuk kepada komunitas Muslim yang bersatu dalam iman dan praktik keagamaan.

 

# Golongan dalam Islam

Dalam sejarah Islam, terdapat berbagai golongan yang muncul setelah wafatnya Nabi Muhammad. Beberapa di antaranya adalah:

 1. Golongan Syiah

Golongan ini berfokus pada kepemimpinan Sayidina Ali bin Abu Thalib dan menganggapnya sebagai penerus yang sah setelah Nabi Muhammad. Syiah memiliki pandangan yang berbeda mengenai kepemimpinan dan otoritas dalam Islam.

 2. Golongan Khawarij

Khawarij muncul sebagai kelompok yang menolak kepemimpinan dan berpendapat bahwa hanya Allah yang berhak menentukan pemimpin. Mereka dikenal dengan sikap ekstrem dan menolak kompromi.

3. Golongan Murjiah

Golongan ini mengajarkan bahwa iman seseorang tidak dapat diukur hanya dari amal perbuatannya. Mereka berfokus pada keyakinan dalam hati sebagai syarat utama iman.

4. Golongan Jabariyah dan Qodariya

Golongan Jabariyah berpendapat bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah, sementara Qodariya meyakini bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berbuat dan memilih.

 

# Lima Prinsip Ahli Sunnah Wal Jamaah

Untuk memahami lebih dalam tentang Aswaja, kita harus mengenal lima prinsip yang menjadi dasar ajaran Ahli Sunnah Wal Jamaah:

1. **Tawasud**: Umat Islam harus bersikap moderat dalam beragama.

2. **Tawajun**: Umat saling seimbang dan proporsional dalam tindakan.

3. **Iktidal**: Memegang teguh jalan yang lurus dalam beragama.

4. **Tasamuh**: Toleransi antar sesama umat Islam.

5. **Amar Ma'ruf Nahi Munkar**: Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

 

# Ijma: Kesepakatan Ulama

Ijma merupakan kesepakatan para ulama mengenai suatu masalah dalam agama Islam. Ijma dianggap sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam konteks ini, peranan para ulama sangat penting dalam memberikan fatwa dan penjelasan mengenai masalah-masalah yang dihadapi umat.

 

# Mazhab Syafi'i dalam Konteks NU

Dalam mazhab Syafi'i, terdapat dua aspek penting yang sering dibahas:

1. **Fikih**: Berisi aturan dan praktik dalam menjalankan ibadah.

2. **Akidah**: Menekankan pentingnya pemahaman yang benar tentang Allah dan ajaran Islam.

NU berpegang pada mazhab Syafi'i dalam banyak aspeknya, termasuk dalam fikih dan akidah, yang menjadi ciri khas dalam pendekatan mereka.

 

# Sejarah Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di Surabaya. Organisasi ini lahir sebagai respon terhadap tantangan modernisasi dan kolonialisasi yang mengancam keberadaan Islam di Indonesia. NU bertujuan untuk menjaga ajaran Islam yang moderat dan tradisional, serta mengedepankan nilai-nilai kebangsaan.

Sejak didirikan, NU telah berperan aktif dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, sosial, dan politik. Organisasi ini memiliki banyak pesantren yang menjadi pusat pendidikan dan pembelajaran bagi generasi muda.

Kesimpulan 

Perbedaan antara Aswaja dan NU sangat penting untuk dipahami dalam konteks kehidupan beragama di Indonesia. Aswaja sebagai prinsip dasar dalam beragama, sementara NU sebagai organisasi yang mengamalkan prinsip tersebut dengan pendekatan yang khas. Dengan memahami kedua konsep ini, kita dapat lebih menghargai keberagaman dalam Islam dan menjaga persatuan di tengah perbedaan. 

 

Akhirnya, sebagai umat Islam, penting bagi kita untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip Ahlussunnah wal Jamaah, menjaga toleransi di antara sesama, serta berkontribusi positif dalam masyarakat.

Baca Lainnya
Cleantexs Group Gelar Kajian Dukung Kemerdekaan Palestina 
Salman Al Farisi
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 1 Hari
Tari Saman LKSA At Taqwa Putri Memukau Hadirin Syawalan
Anang Dony Irawan
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 2 Hari
Kiprah Muhammadiyah Sambikerep, Berdakwah di Barat Kota Surabaya
Anang Dony Irawan
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 4 Hari