Idul Adha Momentum Menebar Keikhlasan dan Kesabaran

Imam Hidayat
Kamis, 5 Juni 2025 19:28 WIB
Dokumen Pribadi

 

Oleh : Faris Abidin, S.Pi - Anggota Komisi C Fraksi PKS

Di tengah padatnya aktivitas kehidupan di tengah-tengah kita khususnya di kota besar macam Surabaya, orang sudah tidak mampu lagi mengkontrol kepribadiannya. Semuanya tertuju pada kepentingan masing-masing terkadang harus nabrak sana nabrak sini. 

Persoalan dunia yang begitu pelik mendorong orang untuk beramai-ramai untuk meraihnya. Harapan dan cita-cita harus bisa tercapai demi sebuah kebahagian dunia. Harta, jabatan, dan kedudukan yang kesemuanya dijadikan simbol kebahagian oleh kebanyakan orang. Mereka belum mampu berpikir yang kesemuanya merupakan amanah dari Allah SWT yang kelak di minta pertanggungjawabannya.

Hanya Allah yang menentukan bahwa kemuliaan dan kekuasaan seseorang hak prerogatifNya sebagaimana firmanNya dalam Surah Ali Imron (26) : 

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

yang artinya : Katakanlah (Muhammad), "Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Oleh karena itu hendaknya kita sensntiasa melapangkan batin, berserah diri, bersikap ikhlash dan sabar terhadap setiap persoalan yang datang menimpa kita. 

Perlunya pendekatan spiritual agar persoalan hidup tidak begitu membebani. Karena sesungguhnya semuanya adalah bagian dari takdir dan kehendakNya. Inilah mengapa kita diajarkan  senantiasa meningkatkan iman dan taqwa. Di tuntut dalam setiap aktivitas iman dan taqwa ini harus melekat.

Tidak perlu bagi kita untuk berlebihan mempertahankan apa yang menjadi kebahagiaan yang kita miliki termasuk harta dan kedudukan. 

Jika Allah menghendaki terjadi maka terjadilah (kun fayakun). Sejatinya Allah punya maksud dan rencana lain terhadap persoalan hidup yang melanda kita. Bisa jadi kesemuanya itu adalah ujian atas nilai kesabaran dan keikhlasan. 

Bukankah kita telah diajarkan bagaimana Nabi Ibrahim As diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih putranya Ismail As yang diabadikan dalam Surah As Saffat (102) : 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya : “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."

Maka perlu direnungkan kisah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail bagaimana menjaga dan menjunjung tinggi nilai ketaqwaan beliau hingga bersedia mau disembelih. Apalagi seorang ayah tentunya tidak akan tega melihat putranya di usia belia hendak disembelih. 

Jangan kita merasa sudah ikhlas dan sabar sebelum harta yang terbaik, yang di idam-idamkan diberikan oleh orang lain dan kita berikan. Dan kisah nabi Ibrahim dan Ismail ini kita abadikan dalam setiap pelaksanaan Idul Qurban dengan menyembelih hewan kambing ataupun sapi. Idul Qurban merupakan ibdaha udhiyah dan tadhiyah. Udhiyah berarti hewan yang kita jadikan kurban seperti kambing ataupun sapi yang dagingnya dapat dimanfaatkan untuk khalayak. 

Sementara Tadhiyah adalah bentuk pengorbanannya atau bentuk nilai ketaqwaan kita pada Allah SWT. 
Sesungguhnya Allah SWT tidak mempersoalkan kuantitas apa yang telah di kurbankan tapi nilai kesungguhan dan ketaqwaanlah yang Allah terima sebagaimana dalam Surah Al Haj (37) :

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ  

Artinya : Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.


Melalui momentum Idul Adha 1446 H ini maka perlu kami sampaikan, pertama, Idul Adha atau Idul Qurban mengingatkan kita untuk bermuhasabah, berserah, ikhlas dan sabar tanpa harus menyesali ketika persoalan datang menghampiri. 

Kedua, yakinlah yang kita ikhlaskan untuk orang lain Allah SWT akan mencatat dan mengganti dengan kebaikan versi terbaikNya. Ketiga, kesabaran kita merupakan hijab yang mampu menolong kita dari setiap permasalahan sebagaiama QS Al Baqrah (153) :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”

Baca Lainnya
Kitab Karya KH. Misbah Mustofa
yupan
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 6 Hari
Refleksi Ibadah Haji Implementasikan Keteladanan Para Nabi
Andi Hariyadi
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 10 Hari
Ibrah dari Keimanan Keluarga Ibrahim
Anang Dony Irawan
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 10 Hari
Tasmi' Al-Qur'an Bil Ghoib di MTsN 1 Kota Surabaya 
Imma Laili Rahmawati
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 17 Hari