Mohammad Nuh Ungkap Tiga Cara Terbaik Atasi Defisit Kebaikan
Armand
Jumat, 6 Juni 2025 18:32 WIB

Surabaya, eNews - Khotib Idul Adha 1446 H di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA, mengungkapkan tiga cara terbaik untuk mengatasi defisit kebaikan, akibat amal kebaikan yang amat sedikit dibandingkan dengan nikmat dari Allah SWT.
"Ada tiga cara terbaik yaitu memohon ampunan kepada Allah, memohon kasih sayang Allah, dan memperbanyak amal sholeh, termasuk ibadah qurban dan ibadah sosial lainnya," kata Menteri Pendidikan 2009-2014 dalam khutbah Idul Adha 1446 H di MAS, Jumat (6/6/2025) pagi.
Sholat Idul Adha di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya dihadiri Plt Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Sekdaprov Jatim Adhy Karyono dan 40 ribu jamaah dengan Imam KH Abdul Hamid Abdullah.
Dalam khutbah dengan tema "Memperkuat Kepemimpinan dan Kepengikutan untuk Kemaslahatan Ummat" itu, Ketua Majelis Wali Amanat ITS itu menjelaskan tidak semua orang bisa bersyukur. Al-Qur'an (QS As Saba' : 13) menyebut Hanya sedikit hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur.
"Bersyukur itu bukan hanya atas pemberian nikmat, tetapi juga atas dihilang-hindarkan dari musibah. Kita sendiri tidak tahu musibah apa yang sebenarnya akan terjadi, dan betapa banyak musibah yang semestinya terjadi, tetapi Allah telah hindar-hilangkan musibah itu, karena itu mari kita bersyukur dalam keadaan apapun," katanya.
Dalam realitasnya, ada hamba-hamba Allah yang selalu bersyukur dalam keadaan apapun, baik sedang menerima anugerah, belum terkabulnya doa maupun sedang menerima cobaan. Dia Selalu bersyukur, dengan keyakinan bahwa tidak ada pemberian Allah, kecuali demi kebaikan hamba-Nya. Kelompok ini disebut Asy-Syakur.
Tetapi ada juga hamba yang bersyukur, hanya karena sedang menerima anugerah. Mereka ini dikelompokkan sebagai Asy-Syakir. "Memang sangat sedikit hamba-hamba Allah SWT yang selalu bersyukur dalam keadaan apapun, karena besarnya nikmat itu seringkali baru bisa dirasakan, setelah nikmat itu tercabut dari kita," katanya.
Ia mencontohkan nikmat bisa melihat, yang baru terasa saat hamba mengalami gangguan penglihatan. "Karena itu, tepat sekali apa yang disampaikan oleh Ibnu Athoillah: Orang yang tidak mengetahui nilai nikmat saat memperolehnya, ia akan mengetahui ketika sudah lepas dari dirinya (hilang)," katanya, mengutip Ibn Atha'illah dalam Al-Hikam (199).
Secara jujur, bahwa kita sebagai hamba saat ini sedang mengalami defisit kebaikan. "Mengapa? Itu karena modal (nikmat) yang Allah SWT telah berikan kepada kita, sungguh sangat banyak dan besar. Bahkan tidak bisa dihitung, tetapi kebaikan yang telah kita lakukan sungguh sangat terbatas, sangat bisa dihitung," katanya.
Artinya, produktifitas kebaikan seorang hamba itu sungguh sangat rendah, bahkan negatif/minus, karena seringkali hamba menyalahgunakan nikmat Allah untuk hal-hal yang tidak semestinya. Ada banyak penyebab defisit kebaikan, antara lain dosa yang sifatnya personal, juga dosa yang sifatnya sosial sebagai akibat dari abai atau tidak peduli terhadap masalah sosial.
"Keabaian terhadap masalah sosial seperti tidak peduli terhadap nasib anak yatim, fakir dan miskin serta keengganan untuk menyelesaikan persoalan sosial yang mendasar seperti kecukupan pangan, dikategorikan sebagai 'dosa' sosial atau bahkan sebagai pendusta agama, yang diingatkan Allah SWT dengan bahasa yang sangat keras dalam QS Al Ma'un: ayat 1-3," katanya.
Untuk mengatasi defisit kebaikan, ada tiga solusi terbaik, yaitu memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pemberi modal-nikmat, memohon 'welas asih' atau kasih sayang Allah, dan memanfaatkan kesempatan yang ada dengan memperbanyak amal Sholeh, termasuk ibadah sosial.
"Intinya adalah semangat berkurban. Dengan memperbanyak ibadah sosial, diharapkan bisa mengurangi defisit kebaikan, bahkan bisa menjadi deposito kebaikan, yang pada suatu saatnya akan bisa dicairkan (sebagai wasilah) untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang kita hadapi," katanya.
Untuk itu, mari meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan dengan memperbanyak dan meningkatkan kualitas ibadah, termasuk ibadah sosial. "Kita ingat cerita tiga orang yang terjebak di dalam gua yang berikhtiar untuk menggeser (memindahkan) batu besar yang menutupi pintu gua, melalui deposito kebaikan, hingga dengan izin Allah, maka batu besar yang menutupi pintu gua pun bergeser, mereka pun keluar," katanya.
Bahkan, Syech Abdul Qodir Al-Jilani (1078-1166), tokoh sentral dalam dunia perwalian menyatakan sudah meneliti semua amal-amal kebajikan. "Ternyata, saya tidak menemukan amal kebajikan yang lebih afdal/utama daripada memberi makan dan perangai yang baik. Andai dunia ini ada di tanganku, pasti aku akan menggunakan untuk memberi makan. Memberi makan, juga membekali mereka dengan kompetensi (ilmu, ketrampilan dan sikap), sehingga tidak terjadi kelaparan," katanya.
Dalam Sholat Idul Adha 1446 H/2025 dengan Imam Sholat KH. Abdul Hamid Abdulllah SH MSi (Imam Besar MAS), BPP MAS menerima kurban sapi dari Presiden Prabowo Subianto yang merupakan sapi jenis Peranakan Ongole (PO) seberat 1.020 kilogram (1,02 ton).
"Kami juga menerima bantuan sapi qurban dari Gubernur Jatim Hj Khofifah Indar Parawansa, Wagub Jatim Emil Dardak, dan Sekda Jatim Adhy Karyono," kata Humas BPP MAS H Helmy M Noor.
Sapi Qurban Bantuan Presiden itu berasal dari peternak H. TEGUH dari Desa Takeran, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, yang jenisnya Sapi Lokal Peranakan Ongole (PO) dengan bobot badan seberat 1.020 kg.
Sementara itu, Sapi Qurban Bantuan Gubernur Jatim berasal dari peternak Gani dari Desa Takeran, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan dengan jenis Sapi Lokal Peranakan Ongole (PO) dengan bobot badan seberat 960 kg.
Untuk Sapi Qurban Bantuan Wakil Gubernur Jatim berasal dari peternak Abdul dari Desa Takeran, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan dengan jenis Sapi Lokal Peranakan Ongole (PO) dengan bobot badan seberat 900 kg.
Satu lagi, Sapi Qurban Bantuan Sekda Provinsi Jatim berasal dari peternak Naili Sa'adah dari Desa Takeran, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan dengan jenis Sapi Lokal Peranakan Ongole (PO) dengan bobot badan seberat 860 kg.
"Untuk data perolehan hewan qurban di Masjid Al Akbar Surabaya tercatat 65-an ekor kambing qurban, 23 ekor sapi qurban dari Idham Mustahid Arifin dan Bapenda Jatim, serta empat sapi qurban dari patungan yang masing-masing tujuh orang. Total ada 88 ekor hewan kurban di Masjid Al-Akbar. Banyak jamaah yang sejak Kamis datang melakukan wisata kurban," katanya. (*/mas)
Baca Lainnya
Ratusan Siswa SD Muda Surabaya Praktik Manasik Haji dengan Jagung Kering
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 2 Hari
Kitab Karya KH. Misbah Mustofa
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 6 Hari
Kurban Bersih dan Bermartabat, RPH Jadi Pilihan Utama Lazismu dan PDM Surabaya
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 8 Hari
Ribuan Warga Surabaya Laksanakan Shalat Iduladha 1446 H di Gelora 10 November
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 10 Hari
Refleksi Ibadah Haji Implementasikan Keteladanan Para Nabi
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 10 Hari
Ibrah dari Keimanan Keluarga Ibrahim
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 10 Hari
Idul Adha Momentum Menebar Keikhlasan dan Kesabaran
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 10 Hari
Tasmi' Al-Qur'an Bil Ghoib di MTsN 1 Kota Surabaya
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 17 Hari
Kodim Boyolali Turut Amankan Sejumlah Gereja di Wilayahnya
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 17 Hari