Kisah Fatahula, Jemaah Debarkasi Surabaya Tertua Asal Nusa Tenggara Timur 

yupan
Kamis, 10 Juli 2025 10:09 WIB
Jemaah tertua Debarkasi Surabaya asal NTT, Fatahula La Aba berusia 104 tahun. (Foto : Humas Kanwil Kemenag Jatim)

Surabaya, eNews - Seorang lelaki tua namun masih kokoh jalannya, berada di antara ratusan jemaah haji Debarkasi Surabaya. Dia adalah Fatahula La Aba berusia 104 tahun yang merupakan jemaah haji tertua Debarkasi Surabaya tahun ini, yang diketahui merupakan pria kelahiran 14 Desember 1920 dan berasal dari Desa Gunung Sari, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Di usia yang sudah senja ini, Fatahula masih sehat dan kuat. Hanya pendengarannya agak terganggu. “Alhamdulillah, seumur hidup saya belum pernah opname di rumah sakit. Saya juga tidak punya penyakit seperti darah tinggi, kolosterol maupun diabetes,” tutur Fatahula, pada Rabu (9/7/2025).

Ia mengaku tidak memiliki cara atau tips khusus agar tetap sehat hingga menjelang usianya yang senja ini. “Saya rasa ini merupakan karunia yang Allah SWT berikan untuk saya,” terang Fatahula yang memiliki 12 anak itu. 

Pria yang diketahui dulu berprofesi sebagai nelayan tersebut, berangkat ke Tanah Suci untuk berhaji, tanpa pendamping, sang istri pun sudah wafat mendahuluinya.

“Saya mendaftar haji tahun 2019. Alhamdulillah dapat berangkat tahun ini karena program prioritas lansia. Anak saya sebenarnya mau mendampingi, akan tetapi karena masa pendaftaran haji belum 5 tahun, jadi belum bisa berangkat tahun ini,” ungkap Fatahula.

Setelah sampai di tanah air, Ia berharap semoga perjalanan hajinya diterima Allah SWT dan pulang menjadi haji mabrur. 

Berdasarkan keterangan rekan sesama jemaah haji Fatahula, yang juga teman sekamar selama di Tanah Suci, bernama Arifin Daeng Ahmad (60 tahun) mengungkapkan, bahwa Fatahula dapat melakukan rangkaian ibadah haji dengan lancar.

“Alhamdulillah, beliau dapat melakukan tawaf tanpa bantuan kursi roda bahkan di sana beliau membantu mendorong rekan jemaah yang memakai kursi roda. Beliau setiap hari ikut tawaf,” ungkap Arifin.

Menurut Arifin, mengingat usia Fatahula yang sudah 100 tahun lebih, teman-teman serombongan tidak selalu mengajak Fatahula ke Masjidil Haram ketika di Kota Makkah untuk mencegah kelelahan fisik karena jarak hotel yang jauh dari Masjidil Haram.

“Ketika tahu dirinya tidak diajak, beliau biasanya marah karena merasa masih mampu,” ujarnya.

Diketahui pula, selama rangkaian ibadah haji di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), Fatahula dapat melakukan dengan lancar dan tidak mengikuti skema murur. Untuk makanan, karena Fatahula masih sehat, dia makan menu yang telah disiapkan untuk jemaah haji pada umumnya, bukan menu lansia. (KMJ)

Baca Lainnya
Kitab Karya KH. Misbah Mustofa
yupan
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 1 Bulan
Refleksi Ibadah Haji Implementasikan Keteladanan Para Nabi
Andi Hariyadi
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 1 Bulan
Ibrah dari Keimanan Keluarga Ibrahim
Anang Dony Irawan
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 1 Bulan
Idul Adha Momentum Menebar Keikhlasan dan Kesabaran
Imam Hidayat
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 1 Bulan