Kebohongan Publik Ayam Goreng Non Halal Termasuk Kejahatan Kuliner
Andi Hariyadi
Jumat, 30 Mei 2025 16:18 WIB

Oleh : Andi Hariyadi
Ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi PDM Surabaya
Kebohongan publik sepertinya begitu mudah dilakukan tanpa memperhatikan dampak yang terjadi, lebih lebih hanya untuk menaikkan omset keuntungan dan menaikkan pangsa pasar yang menggiurkan. Kebohongan telah merasuk ranah kehalalan makanan, sehingga membuat kegelisahan karena menyangkut keyakinan.
Ayam goreng menjadi menu favorit segala usia sehingga bisnis kuliner begitu prospek ditengah lesunya ekonomi, kita lihat sendiri bagaimana para pelanggan bisa menikmati baik di pinggir jalan yang diperdagangkan di kios Kaki Lima hingga di restoran hotel bintang lima dengan berbagai produk varian menu yang menggugah selera.
Pengusaha kuliner tersebar diberbagai kota, mampu memanfaatkan media sosial untuk promosi dan freming sehingga viral dan omset yang didapatkan pun terus meningkat, sehingga dapat mensejahterakan pemilik, karyawan dan tenaga operasional lainnya.
Ketatnya persaingan bisnis kuliner sehingga butuh strategi layanan memadai, mempromosikan ke khasan masakan lokal yang tidak kalah lezatnya dari masakan luar negeri yang menjamur di negeri ini. Berbagai trik dilakukan dengan tujuan mendongkrak pendapatan, ada pengusaha yang komitmen dengan produk halal, ada juga yang mencampur antara yang halal dengan yang haram dijual bebas dengan cita rasa penuh kelezatan, kemudian diviralkan sehingga pelanggan rela untuk antri hingga beberapa jam. Proses getok tular pun terjadi dengan sangat cepat untuk segera dinikmati.
Kasus Ayam goreng Widuran Solo berbaur non halal yang lagi viral dan untuk sementara ditutup untuk penyidikan secara konprehensif agar kebohongan publik yang sudah 50 tahun memasarkan harus ada kepastian hukum dengan ditegakkan seadil adilnya, agar tidak menimbulkan keresahan yang berkepanjangan.
Kebohongan ini sepertinya memang sudah direncanakan, dan sangat tahu bahwa non halal sangat dilarang untuk dikonsumsi oleh umat Islam, namun dengan kesengajaannya dan prospek bisnis yang besar sehingga dapat keuntungan yang menggiurkan. Kebohongan yang sudah rapi, dijual secara bebas sehingga dikonsumsi secara luas, merupakan salah satu bentuk kejahatan kuliner. Keuntungan yang besar sudah di dapatkan tetapi membawa kerugian sosial, spiritual dan finansial.
Syukur alhamdulilah kejahatan kuliner ini sudah terbongkar dan tidak memicu kemarahan umat Islam atas kebohongan makanan yang dicampur non halal, tetapi tetap harus ada proses hukum yang harus ditegakkan. Kesadaran umat Islam yang masih tetap menjaga kondusifitas dan kerukunan patut diberikan penghargaan setinggi tingginya, maka kepercayaan yang diberikan pada pemerintah dan aparat yang ada hendaknya dijalankan dengan sebaik baiknya, jangan ada upaya intervensi sehingga mempengaruhi rasa keadilan dan kebijakan karena bisa jadi menjadi masalah yang besar dan semakin runyam.
Pemilik ayam goreng Widuran Solo harus menunjukkan etikat baiknya, yang tidak sekedar minta maaf saja, tetapi segera mengurus legalitas jenis dagangannya dengan memperjelas kehalalan atau non halal. Hal ini sangat penting, karena umat Islam dalam menjalankan ajaran agamanya sangat memperhatikan status kehalalannya. Pihak pengelola benar benar berani dalam berbisnis kuliner ini dengan melakukan kebohongan, menawarkan rasa istimewa kelezatannya yang sudah melegenda, sehingga bahan non halal ini sudah sangat lama menjadi menu pilihan keluarga dan kolega.
Kejahatan Kuliner ayam goreng non halal yang dijual secara bebas tanpa ada legalitas kehalalan jangan sampai terulang lagi, dan penemuan kasus ini hendaknya menjadi pelajaran berharga khususnya bagi pengusaha kuliner atau penjual jajanan dan minuman agar tidak hanya untuk mengejar keuntungan semata saja tetapi benar benar jelas legalitas kehalalannya. Kebohongan kehalalan ini sungguh menodai hubungan sosial yang selama ini sudah terjaga kondusifitasnya, maka jangan ada kebohongan kebohongan berikutnya, karena itu merupakan kejahatan yang disengaja, untuk menaikkan pangsa pasar dengan keuntungan besar.
Kejahatan kebohongan kehalalan ini perlu ada tindakan yang tegas dan sangat tidak bisa ditolerir, kalau memang berjualan makanan dan minuman non halal tunjukkan secara gentleman sehingga konsumen tidak dirugikan. Jangan sampai terbongkarnya kasus Ayam goreng Widuran ini menjadi permasalahan seperti puncak gunung es dilautan, yang tampak hanya sebagian kecilnya saja sedang di dalamnya yang tidak terlihat begitu besar dan menggurita karena terus diviralkan.
Kejahatan ini menjadi pelajaran kita bersama, karena dari kasus ini bisa jadi penanda untuk lebih serius mengoptimalkan pengawasan kehalalan, karena hal ini sebagai bentuk melindungi warga dari penipuan. Memasarkan menu non halal yang dilebel halal suatu kerjasama yang sistematis dengan menggunakan media sosial semakin meyakinkan efektifitas kesuksesan kebohongan yang dilakukan.
Dari kasus ini juga menyadarkan kita untuk tidak mudah begitu percaya atas berbagai informasi produk makanan dimana telah terjadi produk non halal diframing dan diviralkan baik melalui media nyata maupun media maya, sehingga kita harus selektif dalam memilih rasa yang tidak terpukau oleh rasa dan harga tetapi benar legal kehalalannya.
Tanyakan kehalalan sebelum memilih menu karena hal itu lebih meyakinkan dan menenangkan. Kehati hatian itu lebih diutamakan daripada sajian yang menggiurkan tetapi meragukan. Saatnya kita gerakkan edukasi memilih menu makanan yang legal kehalalannya, kita buka pusat pusat kuliner halal yang tidak memasukkan non halal. Ironis sekali di negeri yang mayoritas muslim, ada yang berbuat nekat memberikan non halal dan itu benar benar kejahatan yang disengaja.
Baca Lainnya
Ekonomi Kita Bukan Sekadar Angka: Saatnya Menggerakkan Rasa dan Rakyat
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 13 Hari
Kalau Dikit-Dikit Tersinggung, Kapan Senangnya?
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Menyongsong Agentic AI: Peluang dan Tanggung Jawab di Era Baru Kecerdasan Buatan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Hari Lahir Pancasila, PCPM Semampir Serukan Peran Pemuda sebagai Penjaga Nilai Kebangsaan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Alghorethicts: Etika untuk Otak Buatan di Era AI
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Nabi Ibrahim AS Mencari Tuhan Menginspirasi Lahirnya Strategi Pembelajaran Penemuan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Pelantikan Bupati dan Wakil Kabupaten Serang
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Deep Learning dalam Perspektif Al-Quran dan Hadits
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Dari Penguasa ke Mitra: Transformasi Peran Pemerintah dalam 25 Tahun Reformasi
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 2 Bulan