Kalau Dikit-Dikit Tersinggung, Kapan Senangnya?

Fathan Faris Saputro
Kamis, 12 Juni 2025 13:57 WIB
Ilustrasi


Oleh: Fathan Faris Saputro (Penulis buku Bagaimana Jika Aku Tidak Berhasil?)
Setiap manusia tentu pernah merasa tersinggung, baik karena perkataan, sikap, atau bahkan hanya karena asumsi pribadi.

Namun, apabila kita terus-menerus larut dalam perasaan tersinggung atas hal-hal kecil, maka kapan kita akan merasakan bahagia? Hidup ini tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan kita.

Selalu ada orang yang mengkritik, mencibir, bahkan menilai tanpa mengenal secara utuh. Jika semua itu disikapi dengan hati yang mudah terbakar, maka batin kita akan lelah, dan kebahagiaan pun akan terasa jauh.

Sikap terlalu sensitif atau yang biasa disebut "baper" (bawa perasaan) bisa menjadi penghalang dalam membentuk mental yang kuat. Orang yang mudah tersinggung akan lebih sering merasa cemas, tidak aman, dan sulit menjalin hubungan sosial yang sehat.

Padahal, dalam hidup ini, kita tidak bisa mengendalikan semua orang, tetapi kita bisa mengendalikan cara kita merespons mereka. Salah satu kunci hidup yang lebih baik adalah dengan belajar bersikap “bodo amat” dalam arti yang tepat, bukan apatis atau tidak peduli sama sekali.

Konsep “bodo amat” yang dijelaskan oleh Mark Manson dalam bukunya The Subtle Art of Not Giving a Fck* bukan berarti tidak memperdulikan apa pun, melainkan memilih dengan bijak hal-hal apa yang layak untuk diperhatikan dan diperjuangkan.

Seni pertama adalah berani menghadapi segala rintangan dan tantangan untuk mencapai sesuatu yang kita anggap penting. Rintangan akan selalu ada dan tidak mungkin dihindari. Maka, daripada tersinggung karena hambatan kecil, lebih baik fokus pada tujuan yang ingin dicapai.

Selanjutnya, Mark menjelaskan bahwa kita perlu menemukan hal-hal yang benar-benar berarti dalam hidup ini. Dengan demikian, kita bisa dengan mudah menyingkirkan gangguan-gangguan kecil yang tidak penting.

Saat kita dewasa, kita harus mulai bisa memilah mana yang layak untuk dipikirkan dan mana yang tidak perlu dimasukkan ke dalam hati. Dengan memilih untuk peduli hanya terhadap hal-hal bermakna, hidup menjadi lebih ringan dan bahagia. Kesederhanaan justru sering kali membawa ketenangan yang hakiki.

Menariknya, jika Mark Manson menawarkan pendekatan praktis dalam menghadapi perasaan sensitif, Syaikh Thanthawi menyampaikan bahwa kecenderungan tersinggung muncul dari cara pandang manusia terhadap dunia dan dirinya. Ketika seseorang merasa dirinya pusat dari segala sesuatu, maka ia akan mudah tersinggung jika merasa tidak dihargai.

Maka dari itu, solusi terbaik adalah mengubah cara pandang. Jangan terlalu membesarkan ego, sebab dunia ini bukan hanya tentang diri kita seorang.

Dalam konteks Islam, Nabi Muhammad SAW telah menekankan pentingnya menjaga emosi melalui sabdanya, “Janganlah kamu marah, janganlah kamu marah, janganlah kamu marah,” (HR. Bukhari). Pengulangan ini bukan tanpa alasan. Rasulullah memahami bahwa marah dan mudah tersinggung bisa menghancurkan hubungan sosial, merusak hati, dan menjauhkan kita dari kebijaksanaan.

Muslim yang baik adalah mereka yang mampu mengendalikan emosinya, tidak mudah terbawa amarah atau sakit hati oleh ucapan orang lain.

Seseorang yang tidak mudah baper cenderung memiliki jiwa yang stabil dan kuat. Dalam dunia kerja, organisasi, maupun kehidupan sosial, mereka akan terlihat lebih profesional dan dewasa.

Mereka tidak gampang terpancing emosi, tidak cepat tersinggung saat diberi masukan, dan tetap tenang saat dihadapkan pada situasi sulit. Justru dari ketenangan itu, mereka lebih mampu menyelesaikan masalah dengan jernih dan rasional. Ini adalah ciri orang yang berorientasi pada hasil, bukan pada pengakuan.

Pada akhirnya, penting bagi setiap Muslim dan siapa pun yang ingin hidup lebih tenang, untuk meninggalkan kebiasaan mencari validasi dari manusia. Fokus utama kita adalah mencari rida Allah SWT, bukan pujian atau penerimaan dari sesama.

Ketika kita terlalu sensitif terhadap penilaian orang lain, itu hanya akan melelahkan diri sendiri. Tetapi saat kita ikhlas dan memilih untuk hanya memperhatikan hal-hal yang penting, kita akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati.

 

Baca Lainnya
Alghorethicts: Etika untuk Otak Buatan di Era AI
M Arif'an
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 1 Bulan
Pelantikan Bupati dan Wakil Kabupaten Serang 
M Arif'an
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 1 Bulan