Tapak Suci 62 Tahun: Mencetak Generasi Kuat, Mengembangkan Tradisi ke Penjuru Dunia

Anang Dony Irawan
Kamis, 31 Juli 2025 20:22 WIB
Dokumen Pribadi

 

Oleh : Anang Dony Irawan
Sekretaris Cabang 128 Sambikerep, Pimda 06 Kota Surabaya
Wakil Ketua PCM Sambikerep
Dosen UM Surabaya

Sejak kelahirannya pada 31 Juli 1963, Tapak Suci tidak hanya dikenal sebagai perguruan silat yang menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan dan kedisiplinan, tetapi juga sebagai instrumen dakwah kultural Muhammadiyah yang terbukti efektif. 

Di tengah dinamika zaman yang terus berubah, Tapak Suci mampu menembus batas geografis, sosial, bahkan ideologis, melalui pendekatan khas yang memadukan kekuatan fisik dengan keteguhan spiritual. 

Lewat gerakan silat yang berakar pada nilai-nilai Islam, Tapak Suci hadir sebagai medium syiar yang membumikan akhlak mulia, menanamkan keberanian, dan membentuk karakter generasi muda Muslim di berbagai belahan dunia.

Tapak Suci bukan sekadar perguruan silat; ia adalah wadah pembinaan jiwa dan raga yang berakar kokoh pada nilai-nilai Islam. Di usianya yang ke-62 tahun, seni bela diri ini telah menjelma menjadi sayap dakwah yang melampaui sekat-sekat kultur, budaya, bahkan agama.

Lewat pendekatan yang santun namun berkarakter, Tapak Suci menjadi ruang syiar yang menyatukan spiritualitas dan kekuatan fisik dalam harmoni yang utuh. Di berbagai penjuru dunia, Tapak Suci tidak hanya diterima sebagai warisan budaya Indonesia, tetapi juga sebagai simbol pesan damai dan keteladanan moral yang melintasi batas-batas identitas dan bangsa.

Dengan menjunjung tinggi prinsip “Dengan iman dan akhlak saya menjadi kuat, tanpa iman dan akhlak saya menjadi lemah”, Tapak Suci menghadirkan pendekatan dakwah yang universal dan inklusif. 

Nilai-nilai luhur yang diajarkannya—seperti sportivitas, keberanian, pengendalian diri, dan kepedulian sosial—menjadi magnet bagi kader dan simpatisan dari berbagai latar belakang. Nilai-nilai tersebut tidak hanya sejalan dengan ajaran Islam, tetapi juga harmonis dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan budaya lokal manapun. 

Inilah yang menjadikan Tapak Suci mampu diterima secara luas, bahkan oleh masyarakat non-Muslim, dan menjadikannya sarana dakwah yang menjembatani perbedaan tanpa kehilangan jati diri.

Perluasan Tapak Suci ke berbagai penjuru dunia—mulai dari Eropa, Asia, hingga Afrika—menjadi bukti nyata bahwa ruh dakwah Islam yang ramah dan berakar pada nilai-nilai luhur mampu menembus sekat-sekat identitas. 

Di sejumlah cabang luar negeri, Tapak Suci bahkan diikuti oleh peserta non-Muslim yang tertarik pada filosofi hidup serta keindahan ajaran Islam yang tercermin dalam setiap jurus, etika, dan disiplin silat. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa dakwah tidak selalu harus bersuara keras; ia dapat menjelma dalam bentuk yang lembut, estetis, dan inklusif, tanpa kehilangan esensi spiritualnya.

Melalui media seni bela diri, Tapak Suci membuktikan bahwa dakwah dapat menjadi jembatan peradaban. Dari gelanggang latihan di daerah hingga forum-forum internasional, Tapak Suci konsisten mengusung misi dakwah yang inklusif, dinamis, dan merangkul umat manusia tanpa sekat identitas maupun diskriminasi. 

Inilah wajah dakwah yang membumi sekaligus mendunia—berbasis nilai, berjiwa persatuan, dan menjunjung tinggi kemuliaan akhlak dalam bingkai budaya dan keberagaman.

Perkembangan pesat terus dialami oleh Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Hingga tahun 2023, perguruan seni bela diri ini telah tersebar di 22 negara dengan jumlah anggota mencapai kurang lebih 3 juta jiwa. 

Angka ini menunjukkan bahwa Tapak Suci bukan hanya diterima di dalam negeri, tetapi juga mendapat tempat di hati masyarakat internasional. Dengan fondasi nilai keislaman yang kuat dan pendekatan dakwah yang inklusif, jumlah anggota maupun sebaran geografis Tapak Suci diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan semakin tingginya minat terhadap silat sebagai bagian dari spiritualitas, kedisiplinan, dan identitas budaya.

Kini, tantangan terbesar Tapak Suci adalah menjaga jati diri di tengah derasnya arus perubahan global, sambil terus beradaptasi dengan dinamika zaman. Tapak Suci harus tetap menjadi pelita yang menuntun, bukan membenturkan; menjadi penjaga moral generasi, bukan sekadar pelatih fisik. 

Ia dipanggil untuk terus tumbuh sebagai duta perdamaian—membawa semangat Islam yang rahmatan lil ‘alamin ke panggung dunia, melalui gerak, akhlak, dan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai luhur Islam.

Kejuaraan Dunia Tapak Suci ke-2: Meneguhkan Kiprah Internasional Perguruan Silat Muhammadiyah
Kejuaraan Dunia Tapak Suci ke-2 menjadi momentum penting dalam meneguhkan posisi Tapak Suci sebagai perguruan silat bertaraf internasional. 

Tapak Suci tidak hanya menonjol dalam teknik bela diri, tetapi juga mengusung misi dakwah dan pembinaan karakter berbasis nilai-nilai Islam. Ajang ini diikuti oleh para pesilat dari berbagai belahan dunia—Asia, Eropa, hingga Afrika—sebagai bukti bahwa seni bela diri ini telah diterima secara luas, lintas budaya dan agama.

Lebih dari sekadar ajang kompetisi, kejuaraan ini menjadi ruang silaturahmi global antar kader, pelatih, dan simpatisan Tapak Suci, memperkuat ukhuwah serta memperluas cakrawala dakwah Tapak Suci di level dunia.

Kejuaraan Dunia Tapak Suci ke-2 diselenggarakan di Universitas Brawijaya, Malang, pada 31 Juli hingga 3 Agustus 2025. Ajang bergengsi ini mempertemukan para pesilat dari seluruh Indonesia—yang diwakili oleh Pimpinan Wilayah Tapak Suci se-Indonesia—serta perwakilan dari Pimpinan Wilayah Tapak Suci di luar negeri. 

Selain menjadi ajang kompetisi untuk mengukur kemampuan teknis dan ketangguhan mental para pesilat, kejuaraan ini juga berfungsi sebagai ruang konsolidasi gerakan, mempererat silaturahmi antar kader, serta memperkuat posisi Tapak Suci sebagai organisasi seni bela diri Islam yang telah menancapkan kiprah di level global. 

Penyelenggaraan di kampus bergengsi seperti Universitas Brawijaya turut menegaskan sinergi antara dunia pendidikan, olahraga, dan dakwah dalam semangat kebangsaan dan keislaman.

Kejuaraan Dunia Tapak Suci ke-2 ini juga bertepatan dengan peringatan Milad ke-62 Tapak Suci Putera Muhammadiyah, menjadikannya momentum istimewa bagi keluarga besar Tapak Suci di seluruh dunia. Pimpinan Wilayah II Jawa Timur dipercaya menjadi tuan rumah dalam gelaran prestisius ini, setelah sebelumnya Kejuaraan Dunia Tapak Suci pertama sukses digelar di Solo, Jawa Tengah, pada 1–5 September 2019 di GOR Sritex Arena. 

Pada penyelenggaraan perdana tersebut, tercatat 547 atlet dari 14 negara ambil bagian, menunjukkan antusiasme global terhadap Tapak Suci sebagai seni bela diri yang menggabungkan nilai keislaman, sportivitas, dan semangat persaudaraan lintas bangsa.

Harapannya, Tapak Suci dapat terus tumbuh dan berkembang sebagai syiar dakwah yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam perjalanannya ke depan, Tapak Suci diharapkan mampu menjaga kemurnian prinsipnya, memperluas pengaruh positifnya, dan terus menjadi pelita yang menuntun generasi dalam jalan kebenaran, kedisiplinan, serta keteladanan moral di tengah tantangan zaman.

Dari Malang, semangat Tapak Suci menggema ke penjuru negeri dan dunia, menegaskan bahwa silat bukan hanya warisan budaya, tetapi juga jalan dakwah, pendidikan karakter, dan jembatan peradaban lintas bangsa.

Baca Lainnya
Aku, Kopi, dan Cerita yang Tak Pernah Selesai
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 21 Jam
Ketika Puisi Menjadi Jalan Pulang: Tentang Membaca dan Menemukan Diri
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 8 Hari
Kalau Dikit-Dikit Tersinggung, Kapan Senangnya?
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 1 Bulan
Alghorethicts: Etika untuk Otak Buatan di Era AI
M Arif'an
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 2 Bulan