Muhammadiyah dan Dinamika Internal: Menjaga Keseimbangan antara Dakwah, Tarjih, Sosial, dan Profesionalisme

M Arif'an
Sabtu, 19 April 2025 13:36 WIB
Dokumen Pribadi

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modernis memiliki kekayaan ragam orientasi di dalamnya. Mulai dari kelompok yang fokus pada dakwah, ulama tarjih yang mendalami dalil, penggerak sosial, muballigh, hingga profesional yang mengelola universitas dan rumah sakit.

Masing-masing kelompok membawa warna berbeda, dan dominasi salah satu bisa memengaruhi corak gerakan Muhammadiyah secara keseluruhan. Lantas, bagaimana Muhammadiyah bisa menjaga keseimbangan agar tetap relevan dan berkelanjutan?  

1. Kelompok dengan Orientasi Utama
(a) Pendakwah (Muballigh)
- Orientasi Gerakan: Menyebarkan ajaran Islam secara luas, menekankan pemurnian tauhid, dan memberantas TBC (Takhayul, Bid’ah, Churafat).  
- Mental Model: Cenderung tegas dalam menyampaikan kebenaran, kurang toleran terhadap praktik keagamaan yang dianggap menyimpang.  
- Dampak Jika Dominan: Muhammadiyah mungkin akan lebih eksklusif, kurang adaptif terhadap perubahan sosial, dan berpotensi kehilangan daya tarik bagi kalangan muda yang lebih pluralis.  

(b) Ulama Tarjih
- Orientasi Gerakan: Mengkaji dalil secara mendalam untuk menentukan pandangan paling sahih dalam fikih dan akidah.  
- Mental Model: Rasional-tekstual, berhati-hati dalam mengambil keputusan, dan cenderung resisten terhadap perubahan jika tidak ada dalil kuat.  
- Dampak Jika Dominan: Muhammadiyah bisa terjebak dalam perdebatan internal tentang "yang paling benar", sehingga kurang gesit merespons isu-isu kontemporer seperti isu lingkungan, kesetaraan gender, atau teknologi.  

(c) Penggerak Sosial
- Orientasi Gerakan: Memajukan masyarakat melalui pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.  
- Mental Model: Pragmatis, solutif, dan lebih terbuka pada kolaborasi dengan berbagai pihak.  
- Dampak Jika Dominan: Muhammadiyah akan sangat progresif dalam aksi sosial tetapi mungkin kehilangan kedalaman keislaman jika tidak diimbangi dengan pemikiran keagamaan yang kuat.  

(d) Profesional (Universitas & Rumah Sakit)
- Orientasi Gerakan: Mengelola lembaga dengan pendekatan manajemen modern untuk mencapai keunggulan kompetitif.  
- Mental Model: Efisiensi, inovasi, dan berorientasi pada hasil.  
- Dampak Jika Dominan: Muhammadiyah bisa menjadi terlalu birokratis dan kapitalistik, sehingga mengurangi roh dakwah dan keumatan.  

 2. Konvensi Muhammadiyah dalam Sosial-Politik
Jika satu kelompok dominan, corak sosial-politik Muhammadiyah akan mengikuti:  
- Dominasi Pendakwah & Tarjih → Muhammadiyah cenderung menjaga jarak dari politik praktis, fokus pada pemurnian akidah.  
- Dominasi Penggerak Sosial → Muhammadiyah lebih aktif dalam advokasi kebijakan publik, tetapi kurang vokal dalam isu-isu keagamaan kontroversial.  
- Dominasi Profesional → Muhammadiyah bisa menjadi "corporate-friendly", lebih banyak berhubungan dengan pemerintah dan pasar, tetapi mungkin kehilangan kritikalitas terhadap ketidakadilan sistemik.  

3. Menjaga Keseimbangan untuk Keberlanjutan
Agar Muhammadiyah tetap berkembang, diperlukan sinergi di antara semua kelompok:  
- Dialog Intelektual: Forum antara ulama tarjih, akademisi, dan aktivis sosial untuk merumuskan fikih yang kontekstual.  
- Manajemen Kolaboratif: Profesional di lembaga pendidikan/kesehatan perlu bekerja sama dengan dai dan penggerak sosial agar tidak terjebak dalam logika bisnis semata.  
- Pendekatan Holistik: Dakwah tidak hanya ceramah, tetapi juga aksi nyata melalui sekolah, rumah sakit, dan program pemberdayaan.  

Sayangnya ikhtiyar menjaga keseimbangan seperti ini hanya mungkin dilakukan manakala ada Kesadaran bersama bagaimana situasi relasi antar kelompok dalam suatu level Kepemimpinan. Karena itu para pemegang amanah Kepemimpinan mesti berela hati memberi perhatian pada kemungkinan dominasi corak gerakan. Mengundang para pihak untuk bersama sama terus menggelorakan inovasi Islam berkemajuan. 

Penutup
Kekuatan Muhammadiyah terletak pada keragamannya. Jika satu suara mendominasi, organisasi ini bisa kehilangan keseimbangan. Dengan saling menghargai peran masing-masing, Muhammadiyah bisa tetap menjadi gerakan yang relevan: tegas dalam akidah, tanggap dalam sosial, dan unggul dalam pengelolaan modern.  

"Bersatu dalam Khidmat, Berbeda dalam Gerak" – itulah kunci Muhammadiyah untuk terus berkembang.

Salam sehat bahagia
Kang Yoto (mantan salah satu  ketua PP pemuda Muhammadiyah periode reformasi Indonesia)

Baca Lainnya
Pendidikan Karakter
Dzanur Roin
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 5 Hari
Tiada yang Tersembunyi
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 9 Hari
Peran Mahasiswa PGSD UM Surabaya Terapkan Pendidikan Anti Korupsi
Muhammad Iqbal Fadilah
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 9 Hari
Sisa Ketupat di Meja
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 19 Hari
Lebaran : Puncak Pendidikan Rohani Individu
Salim Bahrisy
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 24 Hari
Pesan Sutikno Menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 H
Sutikno
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 25 Hari
Semangat Iman Menuju Idulfitri
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 26 Hari
Menyambut Idulfitri dengan Hati Bersih
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 28 Hari
Mengapa Kita Harus Berubah? Simak Ulasan Buku Ini dari @dnrrah
Fathan Faris Saputro
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 29 Hari