Tugasku Ibadahku 

yupan
Sabtu, 22 Juni 2024 07:09 WIB
Foto/Istimewa

oleh Ali Fauzi, S.Ag, M.Pd.I. (Pembimbing Ibadah Kloter SUB 101) 

Tugasku Ibadahku, hanya terdiri dua kata namun sarat dengan makna, penuh perjuangan dan pengorbanan. 

Pengalaman pertama sebagai Petugas Haji Indonesia di tahun 2024 sangat berbeda dibandingkan dengan pengalaman beberapa kali sebagai pembimbing umrah dan pembimbing haji  salah satu kbihu. 
Sebagai petugas haji dibutuhkan fisik yang prima dan mental yang tangguh (sabar dan ikhlas). 

Mulai proses awal masuk asrama haji, menyambut dan mengarahkan tempat duduk sesuai dengan rombongan. Mulai di sini sebagai petugas sudah diuji  kesabarannya. Bagaimana tidak, ketika ditanya rombongan dan regu berapa ternyata banyak yang tidak paham. Petugas harus cerdas dan gerak cepat agar jamaah segera bisa menempati tempat duduk sesuai regu dan rombongannya. 

Menuntun jamaah lansia yang kebingungan mencari kamar dan membantu mendorong kursi roda bagi jamaah yang sakit. 
Ketika jelang keberangkatan, petugas juga harus sigap karena harus mengarahkan tempat duduk sesuai rombongan sekalipun sudah ada penanda. 

Salah tempat duduk dan tidak mau pindah duduk   karena teman sekampung walaupun beda rombongan menjadi ujian tersendiri bagi petugas. 
Saat pesawat sudah take off, tiba-tiba ada jamaah yang berontak mintak turun dari pesawat dan ingin pulang karena halusinasi seolah melihat kedua anaknya. 

Sebagai petugas berusaha menenangkan, selama lebih dua jam harus memijit kakinya kemudian menyandarkan kepalanya di dada petugas sambil dibelai rambutnya dengan harapan jamaah tersebut bisa tidur dengan tenang. 

Ketika proses umrah haji, berangkat pagi mendampingi jamaah dan baru kembali ke hotel jelang maghrib karena harus menjemput jamaah tersesat jalan dan mengurus jamaah  lansia masuk rumah sakit karena ngedrop. 

Kebijakan kartu nusuk membuat spot jantung petugas, bagaimana tidak ketika jelang Armusna ternyata tidak semua jamaah mendapat kartu nusuk. Antara cemas, takut, dan khawatir bercampur jadi satu. 

Telpon terus berdering dan jawab WA karena pertanyaan jamaah terkait kartu nusuk. Riwa riwi ke kantor sektor bahkan  ke kantor maktab demi kartu nusuk. 
Kebijakan murur bagi jamaah resti, lansia, dan yang sakit juga perlu pendekatan personal sehingga mereka mau mengikuti. Sebagai pembimbing tidak boleh egois, untuk lebih meyakinkan dan menenangkan maka pembimbing mendampingi jamaah untuk murur serta membantu naik turun dari bis bagi yang memakai kursi roda. 

Ujian datang kembali sesampainya jamaah di tenda mina. Isi tenda yang melebihi kapasitas, AC tidak hidup, antrian tolitet 24 jam tanpa henti. Petugas harus penuh kesabaran menjelaskan kepada jamaah. Selesai Armusna, thawaf ifadloh, petugas pun tidak bisa leluasa untuk ke masjidil harom. 

Sewaktu-waktu harus melayani jamaah, menjawab WA, menerima telpon atas keluhan jamaah. 
Sakit butuh obat, kunci kamar rusak, memenangkan karena ada jamaah lansia yang berak sembarangan, menjemput jamaah tersesat jalan, dan hal-hal lainnya. 
Ibadah ritual di masjidil haram, wirid, tadarrus al-qur'an tidak kalah nilainya dengan melayani jamaah dengan kesabaran dan ketulusan. Inilah sesungguhnya makna "Tugasku Ibadahku"

Baca Lainnya
Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah SWT
yupan
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 8 Hari
Kitab Karya KH. Misbah Mustofa
yupan
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 1 Bulan