Energi Kepemimpinan: Bahagia Membahagiakan
M Arif'an
Jumat, 9 Mei 2025 10:16 WIB

Oleh: Kang Yoto (Bupati Bojonegoro 2008-2018, Kader Muhammadiyah, Chancellor United in Diversity)
Dalam dunia yang semakin gaduh dan penuh tuntutan, kepemimpinan bukan sekadar soal jabatan atau kemampuan membuat keputusan strategis. Kepemimpinan sejati adalah tentang energi—energi yang lahir dari niat melayani, keberanian untuk mendengar, dan kerendahan hati untuk menjadi ruang aman bagi warganya. Ujian besarnya energi kepemimpinan selalu hadir saat seorang pemimpin menggumulkan dirinya pada problems publik dan dengan mereka yang dilayani. Itulah yang juga dirasakan Kang Yoto, saat menjabat Bupati Bojonegoro, dalam berbagai momen kepemimpinannya.
Salah satu kisah yang paling menguras energi terjadi dalam sesi Dialog Jumat—forum terbuka antara pemerintah dan masyarakat. Suatu hari, seorang warga bernama Kusnan berdiri di depan umum. Wajahnya gusar, suaranya meninggi. Ia merasa tidak diperhatikan oleh Kang Yoto karena sang bupati tidak terus-menerus menatapnya. Kusnan marah, dan dengan berani menegur pemimpinnya. Dari pada melototi Kusnan, awalnya Kang Yoto fokus mencatat point penting atas apa yang disampaikannya.
Di tengah situasi yang bisa dengan mudah berubah menjadi konfrontatif, kepala Satpol PP bereaksi. Ia hendak menurunkan Kusnan dari tempat berdirinya. Namun Kang Yoto memilih menghentikannya, berkata dengan datar, “Saya ini bupati dipilih untuk melayani rakyat. Jadi biarkan bos Kusnan bicara.”
Dalam hati, Kang Yoto sejatinya tersulut. Merasa dihinakan di depan publik, Ia adalah manusia biasa. Namun kesadaran peran sebagai pelayan rakyat—bukan penguasa—membuatnya memilih untuk tidak melawan ombak. Ia memilih menjadi lautan yang menampung gelombang. Ia memandang Kusnan sesuai permintaannya, namun juga mencatat satu per satu keluhan Kusnan. Kang Yoto menyadari: bagi sebagian orang, didengarkan saja sudah merupakan bentuk penghargaan yang luar biasa.
Kisah ini menjadi refleksi mendalam tentang filosofi “Bahagia Membahagiakan” Energi kepemimpinan sejati tidak datang dari kekuasaan, tetapi dari pelayanan, empati, dan cinta kasih.
Setiap pemimpin perlu energi internal berlipat lipat. Energi—yang bersumber dari niat baik, empati, dan spiritualitas—justru memperkuat kapasitasnya untuk menghadapi tantangan. Teori ini diperkuat oleh ilmu neurosains yang menunjukkan bahwa tindakan memberi dan mendengarkan dengan tulus meningkatkan hormon kebahagiaan dan menciptakan ikatan sosial yang lebih kuat.
Kang Yoto bukan satu-satunya pemimpin yang mempraktikkan filosofi ini. Presiden Nelson Mandela, misalnya, pernah berkata bahwa musuh tidak dikalahkan dengan kekuatan, tetapi dengan merangkul mereka menjadi sahabat. Juga para kepala daerah yang kerap turun ke lapangan dan duduk bersama warga biasa untuk mendengar keluh kesah mereka secara langsung—sebuah praktik servant leadership yang konkret. Di ruang kerja atau bahkan di meja makan sepanjang waktunya berpikir keras menemukan solusi untuk kemajuan dan kebaikan semua.
Perjalanan kepemimpinan Kang Yoto memberi pelajaran arti keberanian menghadapi kritik langsung tanpa harus kehilangan rasa hormat. Tidak semua bentuk kepemimpinan harus tegas dalam arti keras; kadang justru keteguhan yang sejati hadir dalam kelembutan hati dan kesediaan untuk menjadi tempat berlabuh. "Kepemimpinan sejati dimulai ketika kebahagiaan orang lain menjadi kebahagiaanmu."
Dalam setiap pemimpin yang bersedia menjadi ‘lautan’—yang menampung, mendengar, memeluk, dan melayani—kita melihat secercah masa depan yang penuh harapan. Sebab, pada akhirnya, masyarakat tidak hanya membutuhkan pemimpin yang pandai berbicara, tapi yang bersedia hadir dan menjadi tempat pulang. Masalah rakyat adalah fokus perhatian utamanya, menghadirkan solusi itulah missi utama Kepemimpinannya.
Jakarta 8 Mei 2025
Baca Lainnya
Dua Kader Muda Muhammadiyah Terbitkan Buku Bagaimana Jika Aku Tidak Berhasil?
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 11 Jam
Ragam Jenis Bahagia
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 23 Jam
Bulan Hurum: Amalan Masuk Surga dengan SelamatĀ
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 2 Hari
Kampung Anak Negeri dan Asrama Bibit Unggul Menguatkan Sekolah Rakyat Surabaya
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 2 Hari
Mengenang 32 Tahun Buruh Marsinah, PenggerakĀ Sejahtera
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 4 Hari
Model Kepemimpinan Spiritual Berbasis Nilai Islam dalam Transformasi Pemerintahan Daerah
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 4 Hari
Sambut Hari Pendidikan Nasional, Muhammadiyah Berkomitmen Membangun Bangsa
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 8 Hari
Karya Terbaru Fathan Faris Saputro: Dahsyatnya Surah Yusuf: Strategi Hidup dari Seorang Nabi
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 11 Hari
Muhammadiyah dan Dinamika Internal: Menjaga Keseimbangan antara Dakwah, Tarjih, Sosial, dan Profesionalisme
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 20 Hari