Hilang Arah untuk Sejarah: Pentingnya Mengenang Masa Lalu
yupan
Jumat, 14 November 2025 10:27 WIB
Oleh: Gresyla Yasmin Cahyadewi
Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya
Kehilangan sejarah bukanlah suatu hal yang dapat dibanggakan, bukan suatu hal yang pantas untuk dilestarikan apalagi dinormalisasikan. Kehilangan identitas dengan kehilangan sejarah merupakan salah satu hal yang berkesinambungan, jika kita kehilangan sejarah maka identitas kita juga ikut teralihkan bahkan nilai-nilai yang sudah dijunjung dan moral yang sudah dibendung tak akan ada artinya.
Mengulik, mempelajari, dan menelusuri sejarah bukanlah suatu hal yang buruk, menjadi salah satu bagian dari seseorang yang memiliki jiwa kepedulian yang tinggi akan hal-hal di masa lalu, adalah rasa paling mahal yang pernah ada. Menghilangkan ataupun mengganggu gugat sejarah yang ada merupakan salah satu hal yang tidak dapat dilakukan.
Tidak ada pengurangan dan penambahan dalam penulisan sejarah dan semua hal yang disebut sejarah harus mutlak tanpa adanya hal tersebut, bukan lagi sejarah jika sudah mengalami keduanya.
Penghilangan ataupun hilangnya narasi sejarah dapat menyebabkan adanya ketidakseimbangan pada kajian sejarah dan hal itu dapat membuat bias pada sejarah yang akan dipelajari di masa depan. Hal mengkhawatirkan sudah di depan mata apabila sejarah sudah terkubur di ufuk waktu. Menghancurkan fakta-fakta yang ada dalam narasi sejarah merupakan salah satu bentuk kejamnya ketidaklengkapan pada narasi sejarah.
Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pemahaman generasi muda tentang masa lalu. Karena pada dasarnya sejarah ada bukan hanya untuk dikenang ataupun diingat, tetapi juga untuk dilestarikan juga diimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Perlawanan lokal yang tidak tercatat juga merupakan salah satu bentuk adanya hilangnya sejarah, di mana pada penulisan sejarah hanya berfokus pada sejarah di pulau Jawa saja, hal ini berdampak pada penulisan sejarah di luar pulau Jawa hanya memiliki tempat yang cukup. Ditambah lagi dengan penulisan peran perempuan yang lebih sedikit dibandingkan peran laki-laki, padahal banyak sekali perempuan yang memiliki peran besar dalam perjuangan bangsa Indonesia.
Namun, sayangnya peran yang ditulis dalam buku sejarah sering tidak menyoroti kebenaran tersebut. Perjuangan rakyat biasa di masa lampau juga sangat pantas disoroti dalam sejarah, di masa itu mereka juga berkontribusi dengan kemerdekaan yang sudah dapat diraih, namun sayangnya perannya masih pasif dalam penulisan sejarah.
Dikhawatirkan sejarah dapat dijadikan sebagai alat legitimasi oleh beberapa golongan saja, fenomena tersebut dapat terjadi karena pada penulisan narasi sejarah hanya berfokus pada narasi politik dan ekonomi saja. Hal ini juga menjadikan adanya dominasi narasi sentralistik di mana penulisan sejarah sering hanya berpusat pada narasi dari kelompok tertentu saja.
Dengan fenomena seperti ini, melestarikan dan mengimplementasikan nilai-nilai yang ada di masa lalu bukan berarti tidak menghargai masa depan, tetapi sebagai bangsa yang memiliki pemikiran kritis, penting bagi kita untuk selalu memikirkan keberlangsungan sejarah yang ada di masa depan dengan nilai-nilai luhur yang pernah ada.
Belajar sejarah bukan hanya sekadar mengenang dan mengingat apa yang sudah terjadi, tetapi mengamalkan dan mengimplementasikannya juga menjadi salah satu bentuk dari hal tersebut.
Baca Lainnya
Dalam Sunyi, Menemukan Arti Perjuangan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 5 Hari
Reformasi Kejaksaan di Bawah ST Burhanudin: Perkuat SDM, Ratakan Kinerja, Prioritaskan Hukum Humanis
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 5 Hari
Menjadi yang Terdepan Tanpa Berebut Menjadi yang di Depan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 7 Hari
Korupsi dan Jerat Ekosistem Kepemimpinan: Refleksi untuk Keluar dari Jebakan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 16 Hari
Mewarisi Api Pembaruan: Konsistensi Ideologis Muhammadiyah di Tengah Zaman untuk Memajukan Kesejahteraan Bangsa
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 24 Hari
Langkah Sederhana Menuju Jepang
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 24 Hari
Menyambut Hadiah Indah: Merengkuh Makna Kematian dengan Ridha
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 25 Hari
Pemuda, Jembatan Waktu Menuju Indonesia Emas 2045
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 27 Hari
Ia Tak Menilai dari Pakaian
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
