Jogja Eco Style 2025: Dari Yogyakarta, Fesyen Hijau Indonesia Menyapa Dunia
Any Sayekti
Kamis, 23 Oktober 2025 18:58 WIB

Yogyakarta, eNews – Di tengah gempuran tren fast fashion yang memicu tumpukan limbah dan emisi karbon, Yogyakarta menghadirkan sebuah gerakan segar yang mengubah cara pandang terhadap dunia mode.
Jogja Eco Style (JES) 2025, ajang kolaboratif yang digagas oleh Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI) dan Loman Park Hotel, dengan dukungan UNESCO, menjadi panggung baru bagi fesyen Indonesia yang berkelanjutan, etis, dan berakar pada budaya lokal.
Digelar pada 25–26 Oktober 2025 di Loman Park Hotel, acara ini menghadirkan paduan antara seni, lingkungan, dan inovasi, menjadikan Yogyakarta bukan hanya kota budaya, tetapi juga pusat gerakan fesyen hijau di Asia Tenggara.
Ketua Pelaksana JES 2025, Puthut Ardianto, menyebut ajang ini sebagai ruang kolaborasi lintas disiplin yang menyatukan desainer, seniman, dan pecinta lingkungan.
“Jogja Eco Style bukan sekadar pertunjukan busana. Ini adalah ruang dialog antara manusia, alam, dan budaya. Kami ingin menunjukkan bahwa keindahan bisa hadir tanpa merusak bumi,” ujarnya.
Fesyen Sebagai Refleksi Ekologis
Industri fesyen global selama ini dikenal sebagai salah satu penyumbang besar emisi karbon dunia—sekitar 10 persen dari total emisi global, melampaui gabungan emisi penerbangan dan pelayaran internasional. Produksi tekstil juga menghasilkan jutaan ton limbah dan polusi air setiap tahun.
Di Indonesia, tren fast fashion semakin memperparah situasi. Banyak pakaian bekas impor berakhir di tempat pembuangan akhir atau dibakar, mencemari tanah dan udara. JES 2025 hadir untuk menjawab krisis itu melalui konsep slow fashion, yakni fesyen yang berkelanjutan, bernilai, dan dibuat dengan kesadaran ekologis.
Tema besar yang diusung, “Threads of Earth”, menggambarkan keterhubungan manusia dengan bumi dan alam. Kain dan warna alami dipandang bukan sekadar material, melainkan simbol kehidupan yang bisa menumbuhkan kesadaran baru dalam berkarya dan berbusana.
Ecoprint dan Kearifan Lokal
Salah satu daya tarik utama JES 2025 adalah pengenalan teknik ecoprint, yakni proses pewarnaan kain menggunakan daun, bunga, dan akar alami tanpa bahan kimia berbahaya. Setiap kain menjadi karya tunggal, mencerminkan keunikan alam yang menjadi sumber inspirasinya.
Fitriani Kuroda, Pembina AEPI sekaligus salah satu penggagas JES, menegaskan bahwa ecoprint bukan sekadar teknik, melainkan filosofi.
“Kami ingin menghidupkan kembali hubungan manusia dengan alam melalui kain. Setiap motif merekam keindahan dan pesan lingkungan. Inilah bentuk kecil dari perubahan besar yang kami mulai dari Yogyakarta,” jelasnya.
Selain itu, JES mengusung prinsip zero waste dalam seluruh prosesnya — dari penggunaan bahan alami, pewarna organik, hingga pengolahan limbah produksi. Semua dilakukan untuk menunjukkan bahwa industri kreatif bisa berkembang tanpa meninggalkan luka ekologis.
Rangkaian Inspiratif dan Kolaboratif
Selama dua hari penyelenggaraan, JES 2025 menyajikan rangkaian acara yang tak hanya menampilkan karya fesyen, tetapi juga mengedukasi masyarakat.
Pameran Eco Style Fashion & Craft memperlihatkan hasil karya desainer dan artisan AEPI yang fokus pada material alami dan produksi etis. Beberapa workshop interaktif, seperti Ecoprint Basic, Nui Shibori, dan Eksplorasi Pewarna Alami di Batik Cap, juga digelar untuk memperkenalkan teknik ramah lingkungan kepada publik.
Selain itu, JES menghadirkan talkshow inspiratif bersama para ahli, akademisi, dan perwakilan UNESCO untuk membahas masa depan sustainable fashion. Salah satu yang paling ditunggu adalah sesi “Eco-Conscious Fashion” oleh desainer senior Poppy Dharsono pada Sabtu, 25 Oktober pukul 13.30 WIB.
Puncak acara adalah AEPI Fashion Festival (AFF) ke-4 bertema “Threads of Earth”, menampilkan koleksi busana dari desainer tanah air serta desainer tamu asal London, Larissa Gustova, yang mengangkat inspirasi dari alam dan budaya Indonesia.
Gerakan Fesyen yang Berhati
Jogja Eco Style 2025 juga mendapat dukungan dari Rumah Celup Indonesia dan Bemberg™, dua pihak yang aktif mengembangkan bahan ramah lingkungan. Dukungan ini memperkuat komitmen JES dalam membangun ekosistem fesyen hijau yang konkret, bukan sekadar wacana.
Salah satu pendirinya, Handono S. Putro, yang juga Managing Director Loman Park Hotel, menyebut bahwa JES akan dijadikan sebagai agenda tahunan.
“Kami ingin menjadikan Yogyakarta pusat gerakan fesyen berkelanjutan di kawasan ini. Dari kota budaya, kita menenun masa depan yang lebih hijau,” katanya.
Jogja Eco Style 2025 bukan sekadar ajang mode, melainkan pernyataan sikap. Bahwa busana bisa menjadi alat perubahan, dan keindahan sejati adalah ketika manusia mampu menjaga bumi tempatnya berpijak.
Dari sehelai daun menjadi karya, dari selembar kain lahir kesadaran. Jogja Eco Style 2025 membuktikan bahwa masa depan fesyen Indonesia ada di tangan mereka yang berani menenun harmoni antara alam dan manusia. (Sayekti)
Baca Lainnya
PSI Kunjungi Perempuan Pesisir Muara Gembong, Fokus Tingkatkan Standardisasi dan Branding Produk Olahan Hasil Laut
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 13 Jam
Delapan Finalis Puteri Anak dan Remaja Jatim 2025 Siap Goes to National Competition dengan Misi Budaya dan Sosial
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 3 Hari
Ritual dan Rakyat: Menutup FKY 2025, Menyulam Ulang Makna Kebudayaan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 5 Hari
Pertama di Indonesia, Midea Resmikan Kitchen Pro Shop Terlengkap di Surabaya
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 6 Hari
Festival Kebudayaan Yogyakarta 2025 di Gunungkidul: Dari Bumi untuk Negeri
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 12 Hari
LINK Property Resmikan Kantor Baru di Surabaya, Perkuat Kolaborasi dan Transformasi Industri Properti di Kota Pahlawan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 13 Hari
FKY 2025: “Adoh Ratu, Cedhak Watu”, Festival Budaya yang Merayakan Kemandirian Gunungkidul
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 19 Hari
“Break First”: Debut Anang Batas Memadukan Fotografi dan Lukisan di Yogyakarta
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 27 Hari
COSCO Percayakan Rute Baru ke Nava Sheva melalui Terminal Teluk Lamong
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 28 Hari