Semangat Fastabiqul Khoirot Usai Ramadhan, Muhammadiyah Gubeng Gelar Kajian Ahad Pagi

yupan
Minggu, 4 Mei 2025 12:16 WIB
Da'i sejuta parikan sekaligus Wakil Pimpinan Cabang Muhammadiyah Krembangan Surabaya Ustadz H Soedjono MPd ketika mengisi materi pengajian Ahad pagi Matahari Terbit PCM Gubeng. (Istimewa)

Surabaya, eNews – Masjid Jendral Sudirman kembali dipenuhi oleh ratusan jamaah pada Ahad pagi, 4 Mei 2025. Sejak pukul 06.00 WIB, Kajian Ahad Pagi “Matahari Terbit” yang rutin diselenggarakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gubeng, Surabaya. 

Kali ini, kajian menghadirkan Ustaz H. Soedjono, M.Pd, salah satu pengurus Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, dengan tema reflektif: “Berfastabiqul Khoirot di Segala Aspek.”

Dalam tausiyahnya, Ustadz Soedjono menekankan pentingnya menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum pelatihan spiritual dan karakter, bukan sekadar ritual tahunan. 

“Ramadhan adalah bulan diklat yang melatih kita untuk menjadi insan bertakwa. Maka siapa yang setelah Ramadhan menjadi lebih baik, dialah yang beruntung. Sebaliknya, jika lebih buruk, dialah yang celaka,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Ia mengajak jamaah untuk mengevaluasi diri pasca-Ramadhan dan tetap menjaga semangat fastabiqul khoirot—berlomba-lomba dalam kebaikan—dalam semua aspek kehidupan. 

“Orang mulia bukan yang memiliki kavling tanah atau kuasa besar. Yang mulia adalah mereka yang bertakwa kepada Allah,” tegasnya.

Dengan gaya dakwah yang komunikatif dan diselingi bait-bait jenaka, Ustaz Soedjono membandingkan perjuangan hidup manusia dengan kisah tokoh pewayangan Gatotkaca. 

Meski lahir dalam keadaan lemah dan buruk rupa, Gatotkaca akhirnya menjadi kesatria tangguh setelah digembleng di Rawacondro. 

“Demikian pula kita, harus tahan godaan dunia, maksiat, dan syirik. Iman kita seperti es batu yang bisa mencair kapan saja. Perlu terus disiram amal agar tetap utuh,” ujarnya.

Ia pun mengajak jamaah untuk tidak takut mati, tapi bersiap dengan amal terbaik. “Umat Islam tidak boleh takut mati, tidak boleh minta mati, tapi harus siap mati dalam kondisi membawa bekal terbaik,” pesannya. 


Antusias Jamaah di Kajian Matahari Terbit PCM Gubeng. (Istimewa)

Ia mengingatkan tentang pentingnya menghidupkan ibadah di sepertiga malam, sebagai bentuk ketergantungan kepada Allah. “Mintalah kepada Allah, pasti dikabulkan. Tapi pertolongan Allah datang bukan cepat atau lambat, melainkan tepat,” katanya menegaskan.

Terkait rezeki, Ustaz Soedjono menyinggung gaya hidup konsumtif yang seringkali membuat manusia lupa akan kecukupan yang dijamin Allah. 

“Rezeki dari Allah cukup untuk hidup, tapi tidak akan pernah cukup untuk gaya hidup,” sindirnya. Ia mengajak untuk selalu sadar bahwa semua aktivitas dilihat Allah. “Kalau yakin dilihat Allah, tidak mungkin ada korupsi.”

Dalam bagian akhir tausiyah, Ustaz Soedjono menguraikan lima aspek penting yang harus dijaga seorang Muslim untuk terus berfastabiqul khoirot: taqwa, ibadah, muamalah, akhlaq, dan komitmen gerakan.

Ia mengutip dialog inspiratif antara Umar bin Khattab dan seorang badui tentang makna taqwa. “Taqwa itu seperti melewati jalan penuh duri dan kaca. Kita akan berjalan dengan hati-hati. Itulah taqwa,” jelasnya. Sementara soal ibadah, ia menekankan pentingnya menjaga rutinitas Ramadhan seperti salat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan tahajud agar terus berlanjut.

Dalam aspek muamalah, ia mengingatkan pentingnya menjaga hubungan antar manusia. “Islam diturunkan bukan hanya untuk ibadah, tapi juga rahmat bagi semesta. Maka, jadilah orang yang bermanfaat,” katanya. Ia pun memuji semangat para kader dan simpatisan Muhammadiyah, seperti Nasyiatul Aisyiyah, Tapak Suci, IPM, dan Pemuda Muhammadiyah yang aktif tanpa bayaran. 

“Mereka tidak dibayar, tapi tetap semangat. Karena orang baik memang tidak pernah bosan berbuat baik,” katanya disambut tepuk tangan hadirin.

Terakhir, soal akhlaq, ia menegaskan bahwa Islam bukan sekadar ilmu dan wacana. “Ilmu tanpa akhlaq itu kosong. Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlaq,” katanya. 

Ia pun menutup ceramah dengan guyonan khas Jawa yang mencairkan suasana. “Bapak tidur, saya mandi. Dalam bahasa Jawa: Bapak sare, kulo siram,” ujarnya, disambut tawa ringan para jamaah.

Kajian ini ditutup dengan doa bersama dan seruan untuk terus menjaga semangat Ramadhan sepanjang tahun. Ketua PCM Gubeng dalam sambutannya mengajak warga Muhammadiyah untuk terus hadir dalam Kajian Ahad Pagi sebagai sarana menjaga ruh dakwah dan semangat pembinaan umat.

(Mochammad Farid Syahrizal)

 

Baca Lainnya
Siswa Spemnas Belajar Teladani 4 Sifat Wajib Rasulullah SAW 
Moh Hal Aftarif Kot Pradana
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 18 Hari
1.140 Jemaah Haji Tiba di Embarkasi Surabaya
yupan
  • 0 Suka .
  • 0 Komentar .
  • 20 Hari