Wujudkan Sekolah Aman Bencana, SD Muhammadiyah 26 Surabaya Gelar Simulasi Bencana Kolaborasi dengan BPBD-Damkar

yupan
Kamis, 6 November 2025 08:58 WIB
Istimewa

Surabaya, eNews - Ancaman bencana di tengah urbanisasi tinggi seperti Kota Pahlawan direspons secara serius oleh dunia pendidikan. Terbaru, SD Muhammadiyah 26 Surabaya (M26) mengambil langkah proaktif dengan menggelar sosialisasi dan simulasi kesiapsiagaan bencana yang melibatkan Badan Penanggulangan Bencanna Daerah (BPBD), Pemadam Kebakaran, dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya guna memberikan sosialisasi dan Simulasi Bencana serta memberikan upaya menjaga lingkungan untuk meminimalisasi terjadinya bencana. Rabu(5/11/25).

Kegiatan yang berlangsung intensif ini menjadikan ratusan siswa-siswi kelas atas sebagai garda terdepan dalam memitigasi risiko. Ini adalah upaya nyata sekolah dalam mewujudkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

Pendidikan Bencana, Bukan Sekadar Teori

Tim BPBD Surabaya tidak hanya memberikan materi di dalam Aula. Mereka mengubah suasana menjadi lebih interaktif, memastikan pengetahuan tentang bencana tidak sekadar teori, tetapi menjadi keterampilan yang melekat.

Respons Cepat Gempa: Para siswa dilatih teknik perlindungan diri paling dasar, yaitu "Drop, Cover, and Hold On" (Jatuh, Berlindung, dan Bertahan) saat sirine bahaya berbunyi. Instruktur BPBD memastikan setiap siswa memahami titik aman di dalam kelas dan cara melindungi kepala mereka dari reruntuhan.

Aksi Evakuasi Realistis: Setelah "gempa" mereda, siswa mempraktikkan jalur evakuasi yang sudah dipetakan sekolah menuju Titik Kumpul yang aman di lapangan terbuka, dilakukan secara tertib tanpa saling dorong.

Pengenalan Bencana Lokal: Materi difokuskan pada risiko yang sering mengintai Surabaya, seperti banjir lokal akibat sampah dan bahaya kebakaran, menanamkan kesadaran bahwa bencana non-alam pun membutuhkan kesiapsiagaan tinggi.

Anak-Anak Kami Harus Jadi Pelopor Keselamatan

Yunita Puspitasari Kepala SD Muhammadiyah 26 Surabaya menyatakan bahwa inisiatif ini sangat krusial, terutama karena usia siswa sekolah dasar adalah periode emas untuk menanamkan kepedulian.

"Kami ingin anak-anak bukan hanya pintar secara akademik, tetapi juga tangguh secara karakter dan tanggap secara respons. Jika bencana datang, mereka adalah penyelamat pertama bagi diri mereka sendiri dan teman-temannya," ujarnya di sela-sela simulasi.

Kolaborasi ini memastikan materi yang diterima adalah valid dan sesuai dengan standar keselamatan.

Kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan budaya siaga yang berkelanjutan, mengubah rasa panik menjadi sikap waspada, dan menjadikan SD Muhammadiyah 26 Surabaya sebagai percontohan sekolah yang aman dan tangguh bencana di tingkat Kota Surabaya. (Novi)

Baca Lainnya