Harapan Di Tahun Yang Baru: Sekolah Yang Menerima Semua Anak Tanpa Terkecuali
yupan
Rabu, 1 Januari 2025 11:44 WIB

Oleh: Suwardi, S.Pd.,Gr
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAMX
Januari, Februari, dan Maret adalah kawanku
April, Mei, Juni, dan Juli juga kawanku
Begitu pula Agustus, September, dan Oktober
Hingga pada akhirnya November dan Desember membawa pergi mereka semua
Apakah aku sedih? Tidak, karena Waktu masih menemaniku
Setiap malam pergantian tahun senantiasa insan terbawa dalam hiruk-pikuk selebrasinya. Ada yang terbuncah oleh euforia kebahagiaan optimisme harapan di tahun yang baru.
Namun, tidak sedikit pula yang terbenam di dalam penyesalan kegagalan kelakuannya pada setahun kemarin. Semua insan tersebut seakan diharuskan untuk turut serta pada refleksi-refleksi ambigu dan utopis demi kebutuhan sosial.
Akan tetapi, hal tersebut merupakan sebuah kewajaran. Insan ditakdirkan untuk hidup melewati masa demi masanya. Kebutuhan sosial itu wajar menuntut mereka agar melupakan pencapaian-pencapaian tahun lalu dan lantas fokus pada tujuan-tujuan baru di tahun yang baru. Aktifitas psikologis itu seringkali disebut dengan harapan.
Sebagai seseorang yang sehari-hari bergelut di dunia pendidikan, tentunya saya juga perlu memiliki harapan di tahun yang baru ini bagi pendidikan dan sekolah Indonesia. Harapan yang baik dan memiliki kandungan doa didalamnya.
Setahun kemarin, dunia persekolahan telah mengalami banyak perubahan-perubahan positif. Sebagian besar dikarenakan munculnya inovasi beragam yang tercipta baik dalam segi pembelajaran, aktifitas kesiswaan, maupun media promosinya.
Terutama pada sekolah-sekolah swasta yang memang dituntut untuk selalu berkembang mengikuti jaman.
Branding keunggulan program tertentu lantas pula menjadi tren tersendiri diantara para sekolah itu. Mereka berlomba-lomba menaikkan brand tersebut dalam kampanye promosinya untuk menarik perhatian calon siswa.
Hal tersebut tentunya sangatlah bagus, dalam kaitan semangat sekolah dan warganya untuk mengenalkan diri pada masyarakat umum.
Dan, harapannya di tahun yang baru ini akan semakin ramai tercipta program-program variatif dari banyak sekolah tersebut.
Tren sekolah keberbakatan juga turut menjadi fenomena tersendiri setahun kemarin. Sebuah situasi yang cukup unik. Dikarenakan makin giatnya konsep Merdeka Belajar yang telah dibuka Pemerintah sedari beberapa tahun lalu.
Siswa diperkenankan untuk belajar sesuai kemampuan dan keinginannya saja, guru tidak boleh memaksakan materi tertentu kepada mereka.
Tipikal pendidikan yang sangat membahagiakan bagi para siswa, namun mungkin tidak bagi para guru.
Sejujurnya banyak sekolah dibangun oleh landasan pendidikan konservatif, terutama di sekolah pemerintah. Sehingga, konsep merdeka belajar tersebut kerapkali menjadi ironi. Namun, tidak bagi sekolah swasta seperti Muhammadiyah.
Kyai Ahmad Dahlan pun ketika mendirikan kelas pertama kalinya dahulu kala sudah mendidik murid-muridnya dengan pembelajaran yang mereka butuhkan saja, bukan yang guru inginkan.
Pada tahun yang baru ini, tentunya sangat berharap apa yang telah dilakukan oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah ini mampu berkembang luas juga ke sekolah lain.
Bagi sekolah Muhammadiyah pun juga sudah saatnya untuk mengembangkan dirinya lebih luwes lagi.
Pendidikan kedepannya sudah tidak hanya berbicara tentang fasilitas-fasilitas fisik bagi potensi atau bakat siswa saja. Namun, sudah saatnya juga menyediakan fasilitas-fasilitas psikis bagi hambatan yang mereka alami.
Dimana di masa kini perlu disadari bahwa problematika kesehatan mental pada remaja telah menjadi issue krusial.
Oleh karena itu, perlu rasanya bagi banyak sekolah untuk mulai melek akan hal ini. Sekolah harus mulai bersedia menerima semua siswa dengan segala hambatan yang mereka miliki, tanpa terkecuali.
Di masa depan mungkin sudah tidak akan ada lagi sistem seleksi, karena semua input calon siswa adalah anak dengan masalah-masalah.
Kenapa begitu? Pesatnya teknologi dan media sosial adalah sumber perubahan generasi tersebut. Di masa depan, Gen Z yang kini bertumbuh akan menjadi Gen Strawberry atau mungkin akan muncul istilah lain lagi.
Yang bisa dipastikan yakni karakteristik generasi masa depan itu adalah kerapuhan intrapersonality meski nampak mewah kemasan luarnya. Generasi semacam ini telah terjadi saat ini dan akan semakin kompleks di waktu mendatang.
Maka, kebutuhan pendidikan di masa depan adalah ketersediaan program penanganan mental siswa dengan semua permasalahannya.
Bahkan, dalam beberapa situasi terkadang mungkin dibutuhkan pula program penanganan orangtua. Artinya, tantangan sekolah masa depan akan semakin istimewa.
Saya berpendapat semua guru berharap memiliki lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Dalam hal ini yang dimaksud adalah sekolah tempat mereka bekerja.
Dunia pendidikan Indonesia sementara ini hanya ramah pada guru sekolah negeri, tetapi tidak bagi guru sekolah swasta. Harapan semua guru agar pemerataan kenyamanan tersebut juga dapat dirasakan oleh semua pion pada bidak-bidak catur pendidikan se-Indonesia.
Guru dengan mental yang baik dibentuk oleh lingkungan yang nyaman tenteram tadi.
Sehingga, secara bertahap juga akan mampu melaksanakan pendidikan positif untuk para siswanya dengan seluruh permasalahannya.
Pada akhirnya opini tersebut adalah pemantik. Tahun yang baru, harapan yang baru, dan tentu saja kemungkinan-kemungkinan baru. Lebih dari itu, kami senantiasa percaya akan kebangkitan pendidikan Indonesia di tahun 2025 ini.
Sekolah-sekolah akan semakin naik level, guru-guru semakin kreatif dan sejahtera, murid-murid semakin berprestasi, dan orangtua-orangtua semakin kritis.
Selamat menjalani tahun baru 2025. Mari bersyukur pada Allah SWT atas rezeki umur agar kita mampu melalui tahun yang baru ini dengan selamat. Semoga tekad dan semangat kita membawa harapan baik menjadi kenyataan di akhir tahun nanti, Aamiin.
Baca Lainnya
Dari Penguasa ke Mitra: Transformasi Peran Pemerintah dalam 25 Tahun Reformasi
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Hari
“Youth Guarantee", Dari Kampung Anak Negeri ke Kampung Harapan: Surabaya Bisa Jadi Pelopor Perlindungan Anak Berbasis Komunitas
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 2 Hari
Dua Kader Muda Muhammadiyah Terbitkan Buku Bagaimana Jika Aku Tidak Berhasil?
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 12 Hari
Ragam Jenis Bahagia
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 13 Hari
Energi Kepemimpinan: Bahagia Membahagiakan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 13 Hari
Bulan Hurum: Amalan Masuk Surga dengan Selamat
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 14 Hari
Kampung Anak Negeri dan Asrama Bibit Unggul Menguatkan Sekolah Rakyat Surabaya
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 14 Hari
Mengenang 32 Tahun Buruh Marsinah, Penggerak Sejahtera
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 16 Hari
Model Kepemimpinan Spiritual Berbasis Nilai Islam dalam Transformasi Pemerintahan Daerah
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 17 Hari
Sambut Hari Pendidikan Nasional, Muhammadiyah Berkomitmen Membangun Bangsa
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 20 Hari