Mencintai Perdamaian ala Rasulullah: Tabayun dan Menjaga Persaudaraan
Salim Bahrisy
Jumat, 5 September 2025 19:13 WIB

Maulid Nabi adalah momen refleksi untuk meneladani Rasulullah, figur yang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Di tengah berbagai konflik dan ketegangan yang terjadi belakangan ini, seperti tindakan perusakan dan penjarahan, sangat penting bagi kita untuk kembali merenungi ajaran beliau tentang perdamaian, persaudaraan, dan etika sosial.
Tabayun: Menghindari Fitnah dan Hoax
Rasulullah SAW selalu mengajarkan pentingnya tabayun , yaitu sikap cermat dan teliti dalam menerima informasi, tidak mudah menelan berita mentah-mentah, dan berusaha mencari kebenaran. Dalam situasi konflik, provokasi seringkali menyebar melalui berita bohong (hoax) atau fitnah yang dapat memicu amarah dan perpecahan.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat (49:6):
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
Ajaran ini sangat relevan untuk kondisi saat ini. Sebelum bereaksi, baik di media sosial maupun di dunia nyata, kita harus melakukan tabayun. Jangan biarkan emosi menguasai diri dan mendorong kita untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain.
Larangan Merusak dan Menjarah: Menjaga Martabat Kemanusiaan
Salah satu prinsip dasar dalam Islam adalah larangan merusak dan menjarah. Rasulullah SAW adalah figur yang sangat menjunjung tinggi hak milik dan martabat manusia.
Bahkan dalam situasi perang, beliau memberikan perintah tegas untuk tidak merusak lingkungan, membunuh warga sipil, apalagi menjarah harta benda. Ini menunjukkan betapa Islam sangat menghargai kehidupan dan ketertiban.
Tindakan perusakan dan penjarahan yang belakangan terjadi di Indonesia sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam maupun teladan Rasulullah.
Tindakan tersebut justru merugikan masyarakat luas, menciptakan ketakutan, dan merusak persatuan. Sebagai umat yang meneladani beliau, kita wajib menjaga diri dari perbuatan zalim tersebut.
Kasih Sayang dan Persaudaraan: Pilar Perdamaian
Rasulullah adalah simbol rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam). Beliau menyebarkan ajaran Islam dengan kasih sayang, bukan dengan kekerasan.
Perang yang beliau lakukan adalah bentuk pertahanan diri, bukan agresi. Hubungan beliau dengan non-Muslim pun sangat baik dan penuh toleransi.
Contoh paling nyata adalah Piagam Madinah, yang merupakan konstitusi pertama di dunia yang menjamin kebebasan beragama dan hak-hak bagi seluruh warga, tanpa memandang suku dan agama.
Mari kita jadikan momentum Maulid Nabi ini untuk kembali mempraktikkan ajaran Rasulullah.
Jauhi hasutan, periksa setiap informasi dengan teliti (tabayun), tolak segala bentuk perusakan dan penjarahan, serta perkuat tali persaudaraan sesama anak bangsa.
Dengan begitu, kita bisa membangun Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaat dariNya dan diselamatkan dari segala godaan duniawi. (Muhammad Fahmi Aziz)
Baca Lainnya
Maulid Nabi : Meneladani Rasulullah bukan Sekedar Tradisi
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 4 Hari
Maulid Nabi: Antara Tradisi Syiar dan Tafsir Puritan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 5 Hari
Istilah Dinonaktifkan Anggota DPR Tidak Ditemukan dalam UU
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 8 Hari
Dari Ojol ke Martir: Affan Kurniawan dan Krisis Kemanusiaan Kita
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 11 Hari
Al-Qur’an dalam Perspektif Hermeneutika Amina Wadud: Membebaskan dari Bias Gender
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 19 Hari
Proses Pencalonan Hakim Konstitusi di DPR Dipertanyakan Keabsahannya ?
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 19 Hari
HUT RI ke-80 dan Hari Konstituai: Refleksi UUD NRI Tahun 1945
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 23 Hari
Civil Society Islam: Peran Muhammadiyah dan NU dalam Artikulasi Kemerdekaan Indonesia
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 24 Hari
Renungan untuk Para Anggota MPR RI di HUT Ke-80 RI
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 26 Hari