Mengelola Rumah Padat Karya Bukan Sekedar Soal Mencari Pendapatan, Melainkan Perjuangan Menghadapi Dua Pilihan Waktu
yupan
Rabu, 1 Oktober 2025 15:12 WIB

Oleh: Dr Dedy Surahman, SE., MM
Dosen UM Surabaya Prodi Akuntansi
Wakil ketua Pemuda Muhammadiyah bidang ekonomi dan kewirausahaan
Rumah Padat Karya (RPK) hadir sebagai salah satu bentuk nyata pemberdayaan masyarakat. Di dalamnya, berbagai individu dari latar belakang berbeda bersatu untuk membangun kehidupan ekonomi yang lebih baik. Namun, perjalanan mengelola RPK tidak selalu berjalan mulus.
Ada dua sisi waktu yang akan selalu dihadapi: waktu rugi dan waktu untung.
Waktu rugi muncul ketika kesabaran mulai terkikis. Ketergesaan dalam mengambil keputusan tanpa solusi yang matang sering kali berujung pada stagnasi bahkan kerugian.
Hal ini sangat berisiko, mengingat RPK menaungi banyak pekerja yang menggantungkan hidup dari berbagai bidang usaha. Mulai dari bengkel, jasa cuci motor, hingga tenan makanan dan minuman sederhana semuanya membutuhkan arah dan manajemen yang jelas agar tetap bertahan.
Sebaliknya, waktu untung akan diraih ketika disiplin, konsistensi, dan inovasi terus dijaga. Lebih dari sekadar besarnya pendapatan yang diterima, keuntungan sesungguhnya terletak pada kemauan untuk bersinergi dengan semua pihak dalam mencari jalan keluar terbaik.
Dengan prinsip kebersamaan, setiap kendala yang muncul bukan lagi menjadi hambatan, melainkan peluang untuk memperkuat solidaritas di antara anggota RPK.
Namun, semangat dan kerja keras saja tidak cukup. RPK membutuhkan pendampingan yang berkesinambungan dalam hal perencanaan dan pengembangan usaha.
Para pelaku usaha di dalam RPK perlu dibekali dengan kemampuan analisis bisnis, seperti perhitungan modal, proyeksi keuntungan, pengelolaan keuangan, hingga pemetaan pasar. Pemahaman terhadap risiko usaha baik dari sisi persaingan, perubahan tren, maupun kondisi ekonomi juga sangat penting agar langkah yang diambil lebih terukur dan tidak bersifat spekulatif.
Pendampingan ini sejalan dengan tujuan utama berdirinya RPK: mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan serta peningkatan pendapatan masyarakat.
Dengan bekal pengetahuan bisnis yang memadai, para pelaku RPK tidak hanya mampu mempertahankan usaha, tetapi juga mengembangkannya sehingga lebih banyak kesempatan kerja dapat tercipta.
Mengelola RPK bukan hanya persoalan teknis atau manajerial, tetapi juga tentang membangun budaya gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat. Kolaborasi, kesabaran, dan semangat inovasi akan menentukan arah perjalanan, apakah akan terjebak dalam waktu rugi atau melangkah maju menuju waktu untung.
Pada akhirnya, RPK adalah cermin dari kekuatan kolektif masyarakat. Keberhasilan mengelola RPK akan sangat ditentukan oleh kemampuan belajar, beradaptasi, dan bersinergi, baik antar anggota maupun dengan pendamping eksternal, demi terciptanya kesejahteraan yang berkelanjutan dan terbukanya peluang kerja yang lebih luas.
Baca Lainnya
Membaca Ulang G-30S/PKI: Antara Narasi, Fakta, dan Keadilan Sejarah
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 3 Hari
Ancaman Di Balik Air Keruh Sungai Di Surabaya
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 22 Hari
Mencintai Perdamaian ala Rasulullah: Tabayun dan Menjaga Persaudaraan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 28 Hari
Maulid Nabi : Meneladani Rasulullah bukan Sekedar Tradisi
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 28 Hari
Maulid Nabi: Antara Tradisi Syiar dan Tafsir Puritan
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 29 Hari
Istilah Dinonaktifkan Anggota DPR Tidak Ditemukan dalam UU
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Dari Ojol ke Martir: Affan Kurniawan dan Krisis Kemanusiaan Kita
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Al-Qur’an dalam Perspektif Hermeneutika Amina Wadud: Membebaskan dari Bias Gender
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan
Proses Pencalonan Hakim Konstitusi di DPR Dipertanyakan Keabsahannya ?
- 0 Suka .
- 0 Komentar .
- 1 Bulan